Konversi BBG, Disparitas Harga Minimal 60%
VIVAnews - CNG Association of Indonesia menilai jika pemerintah serius dalam program konversi ke bahan bakar gas (BBG), disparitas harga CNG dengan premium minimal 60 persen.
"Best practice di negara-negara yang telah menerapkan CNG, perbedaan BBM dengan BBG sekitar 60 persen," kata Sekretaris Jenderal CNG Association of Indonesia, Danny Praditya, dalam Forum Group Discussion konversi BBM ke BBG di Jakarta, Kamis 1 Maret 2012.
Ia menjelaskan, saat ini ada 30 perusahaan swasta yang bergerak di bisnis CNG. Berdasarkan diskusi dalam asosiasi, masalah klasik dalam mengembangkan CNG di Indonesia adalah harga dan infrastruktur.
"Pemerintah harus benar-benar menghitung harga keekonomian CNG berapa, misalnya Rp5.000 per liter setara premium (lsp). Jika pemerintah ingin Rp3.100 per lsp, ada mekanisme public service obligation (PSO)," paparnya.
Danny menilai, jika harga premium dinaikkan menjadi Rp6.000 per liter, memang belum mencapai disparitas 60 persen dari harga CNG. Namun, upaya itu bisa menjadi langkah awal memulai konversi BBG.
Dia menegaskan konversi BBG tidak bisa dikelola secara instan, karena membutuhkan standar keamanan yang tinggi. Danny pun mensyaratkan jika program ini berjalan dengan sukses, harus ada komitmen dari pemerintah dalam membangun infrastruktur.
Ia mencontohkan, penggunaan CNG di Thailand dapat berkembang dalam lima tahun. Sekitar 250 ribu kendaraan sudah menggunakan CNG dan dilengkapi 500 SPBG dengan berbagai insentif serta monitoring.
"Saat ini, CNG digembar-gemborkan secara instan untuk mengurangi subsidi, maka akan menjadi prematur. CNG bisa menjadi jawaban tetapi butuh waktu," katanya. (art)