Hitungan Menperin, Dampak BBM Naik Tak Besar
VIVAnews - Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak tidak akan terlalu berdampak terhadap harga barang.
"Kenaikan harga BBM, saya sudah berhitung. Jadi tidak terlalu berdampak," kata Menteri Perindustrian, MS Hidayat, saat ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat 2 Maret 2012.
Menurut dia, dampak kenaikan harga BBM terhadap harga barang tidak akan menjadi isu di masyarakat, karena kenaikannya masih bisa ditoleransi. "Tapi, dari dunia usaha, saya sudah mendapatkan komplain. Jangan diikuti dengan kenaikan tarif dasar listrik," ujar Hidayat.
Hidayat menuturkan, saat ini, tugas kementeriannya dalam menyambut kenaikan harga BBM adalah mempersiapkan program konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG).
"Saya, menteri teknis, hanya menyiapkan teknis dan prosedur maupun peralatan converter kit. Menyiapkan insinyurnya atau para montir, karena itu harus bersertifikasi dan menyiapkan bengkel-bengkelnya. Kalau SPBG-nya, yang menyiapkan Pertamina," ujar Hidayat.
Hidayat berharap, dengan kenaikan harga BBM dan setelah melihat selisih harga BBM dan BBG, hal itu diharapkan bisa merangsang masyarakat untuk segera berpindah ke BBG.
"Saya menarik pelajaran dari negara-negara yang mempunyai cerita sukses seperti Italia dan Korea. Kalau harga BBM dengan BBG gap-nya bisa 50 persen sampai 60 persen, biasanya orang mau beralih ke BBG," kata Hidayat.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan tetap akan menaikkan harga BBM dan melakukan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi.
Untuk itu, diusulkan dua opsi. Pertama, menaikkan harga BBM bersubsidi Rp1.500, sehingga premium naik dari Rp4.500 menjadi Rp6.000.
Kedua, pemerintah mematok secara tetap dana subsidi hanya sebesar Rp2.000 per liter. Artinya, berapa pun harga bensin dan solar di pasar dunia, pemerintah hanya akan "membantu' sebesar Rp2.000 per liter. (art)