Pisah Rekening Nasabah, Transaksi BEI Normal
VIVAnews - Terhitung mulai hari ini, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan kebijakan pemisahan rekening nasabah dari perusahaan efek. Program ini telah beberapa kali mengalami penundaan akibat belum siapnya bank pembayar.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Eddy Sugito, di BEI, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2012, mengatakan, pelaksanaan kebijakan pemisahaan rekening efek tidak mempengaruhi perdagangan saham hingga penutupan sesi pertama hari ini.
"Kalau kita lihat saat ini, transaksi masih normal," kata Eddy seraya mengungkapkan transaksi sesi I perdagangan hari ini ditutup dengan nilai Rp1,32 triliun.
Sementara itu, Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko BEI, Adikin Basirun, menegaskan, pihaknya telah memberikan kelonggaran dari penerapan aturan baru yang mulai berlaku hari ini. Relaksasi yang dimaksud adalah investor yang belum memindahkan rekening efek masih bisa bertransaksi hingga 14 hari kerja.
Namun, relaksasi kebijakan ini hanya ditujukan kepada investor yang telah mengajukan aplikasi pemisahan rekening dana (melalui broker) ke bank pembayar dan belum diproses.
"Atau bagi investor yang dana mereka telah dipindahkan ke rekening sementara KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia)," kata Adikin seraya menyatakan kelonggaran aturan ini berlaku hingga 2 Februari 2012.
Adikin memastikan, kebijakan pemisahan rekening dana ini dapat menguntungkan investor. Hal ini terjadi karena terbentuk transaksi yang transparan dan terhindar dari manipulasi penggunaan dana investor oleh broker 'nakal'.
"Ini menjadikan transaksi lebih baik, menghindari manipulasi pasar. Nasabah yang sudah mengajukan, kan hak mereka juga bertransaksi. Bukan kesalahan mereka, cuma masih diproses saja,” kata dia.
Seluruh broker yang juga anggota bursa (AB), Adikin menambahkan, telah memproses pemisahan dana nasabah ke bank pembayar. Namun, memang belum ada yang selesai 100 persen.
"Ada kendala nasabah yang sulit dihubungi. Atau mereka tidak aktif di rekening tersebut, karena dipakai saat IPO," ujarnya. (art)