Ciputra Genjot Penjualan dari Ciputra World
VIVAnews - PT Ciputra Property Tbk menargetkan kenaikan penjualan tahun ini mencapai 300 persen atau sebesar Rp1,5 triliun dari proyek Ciputra World 1, Ciputra World 2, dan Dipo Business Center.
Dari jumlah itu diharapkan pada tahun ini juga akan mencapai pendapatan bersih sebesar Rp902 miliar dan keuntungan bersih Rp233 miliar.
Direktur Ciputra Property, Artadinata Djangkar, mengatakan bahwa target itu telah memperhitungkan adanya booming properti 2011 yang diperkirakan berlanjut hingga 2012.
"Pada Januari 2012, marketing sales mencapai Rp227 miliar atau 15 persen dari target 2012. Ini kontribusi proyek Ciputra World 2 yang baru saja diluncurkan Desember lalu," kata dia dalam konferensi pers kinerja keuangan Ciputra Property di Ciputra World Marketing Gallery, Jakarta, Rabu 29 Februari 2012.
Pendapatan itu, Artadinata melanjutkan, kontribusinya diperkirakan dari CW-1 sekitar 39 persen, Mal Ciputra Jakarta, dan CW-2 masing-masing sekitar 18 persen. Sementara itu, Hotel Ciputra Jakarta sekitar 11 persen, Mal Ciputra Semarang sembilan persen, dan Hotel Ciputra Semarang empat persen.
"Berdasarkan recurring income dan sales, 2012, masing-masing menyumbang 42 persen dan 58 persen," ungkapnya.
Ciputra Property juga menganggarkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp1,83 triliun yang akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan CW-1 sebesar Rp1,38 triliun. Termasuk, untuk pembangunan CW-2 senilai Rp215 miliar.
"Dana capex dari pinjaman Bank Mandiri, sekarang sudah cair Rp250 miliar," ungkapnya.
Penjualan 2011
Sementara itu, pada 2011, perusahaan mencatatkan penjualan dari pemasaran senilai Rp500 miliar. Untuk pendapatan bersih sebelum audit mencapai Rp440 miliar dan keuntungan bersih sebesar Rp158 miliar.
"Tahun lalu adalah tahun yang cemerlang bagi properti di Indonesia. Harga properti naik signifikan di berbagai kota besar terutama Jakarta," kata Artadinata.
Pertumbuhan itu, menurut Artadinata, terjadi karena kepercayaan di level yang tinggi dari konsumen terhadap kondisi politik secara umum serta tingkat suku bunga yang relatif masih cukup rendah. "Khusus bagi kondominium, hasil sewa yang dinikmati pembeli merupakan salah satu yang tertinggi di dunia," ujarnya. (art)