Soal Nuklir, RI Kalah dari Malaysia & Vietnam
VIVAnews - Proyek pembangkit listrik nuklir di Indonesia telah dikaji sejak lama. Namun pembangunan energi masa depan ini tak kunjung dimulai.
Deputi Menteri Bidang Jaringan Iptek, Kementerian Riset dan Teknologi, Prof. Dr. M. Syamsa Ardisasmita mengatakan bila tak cepat dilakukan, pembangunan pembangkit nuklir Indonesia akan kalah dengan negara-negara lain.
Vietnam misalnya, telah siap membangun pembangkit nuklir mulai 2014 mendatang. Jika tak ada aral melintang, pembangkit berkapasitas 2.000 MW ini siap beroperasi 2020.
Demikian juga Malaysia. Negeri tetangga sebelah ini siap mengoperasikan PLTN pada 2021. “Sedangkan Indonesia sampai saat ini belum jelas,” kata Syamsa di Yogyakarta, Rabu, 9 November 2011.
Rencananya, pemerintah akan membangun dua unit PLTN yang beroperasi sebelum 2020. Namun, rencana itu tak kunjung dilakukan.
Menurut Syamsa, sebenarnya dalam hal regulasi, reaktor nuklir, dan sumber daya manusia jauh lebih siap dibandingkan negara ASEAN lainnya. Ini tak lain karena kajian pembangunan PLTN di Indonesia telah dilakukan sejak 1964.
Dalam hal SDM, Indonesia memiliki ahli di bidang energi nuklir mencapai 4.000 orang. Menurutnya, jumlah itu sangat mendukung pembangunan PLTN. Dia memperkirakan pembangunan satu PLTN hanya membutuhkan 800 tenaga ahli. “Malaysia baru memiliki 300-an, sehingga mereka rawan mengambil ahli nuklir Indonesia."
Syamsa berpendapat, semua negara termasuk Indonesia di masa mendatang akan bergantung dengan energi nuklir. Sebab, pasokan energi fosil seperti batu bara, gas, dan minyak bumi semakin langka. Karena kondisi seperti ini, berapa pun mahalnya biaya, konstruksi akan tetap dilakukan. (Laporan Juna Sanbawa, Yogyakarta, eh)