Belajar Konversi Gas dari Negara Lain

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Senin, 09 Januari 2012

Belajar Konversi Gas dari Negara Lain

VIVAnews - Pengenalan penggunaan gas sebagai alternatif bahan bakar kendaraan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 1995. Akan tetapi payung kebijakan terhadap pengembangan BBG baru diterapkan 10 tahun kemudian, yaitu dengan Perda DKI Jakarta No.2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.0048/2005 tentang Standar Mutu Serta Pengawasan Bahan Bakar.

Payung Hukum penggunaan BBG kemudian dilengkapi dengan Peraturan Gubernur DKI No.141/2007 tentang Penggunaan BBG Bagi Angkutan Umum dan Kendaraan Operasional Pemda. "Meski telah memiliki dasar hukum, program pengembangan BBG di dalam negeri hanya timbul tenggelam," kata pengamat energi yang juga direktur ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, saat berbincang dengan VIVAnews.com, Selasa 10 Januari 2012.

"Wacana penggunaan BBG mengemuka saat harga minyak melonjak tajam dan subsidi bahan bakar membengkak, dan tenggelam lagi krisis berlalu."

Catatan ReforMiner Institut, wacana penggunaan BBG tak hanya terjadi pada kali ini saja. Beberapa waktu lalu, program gasifikasi pada kendaraan telah dilakukan pada ribuan taksi, bajaj, dan bus Transjakarta. "Namun program-program itu tak berkesinambungan," katanya.

Pemerintah, kata dia, tak punya platform yang jelas dan konsisten terhadap program konversi. Program konversi BBG hanya sebagai kebijakan parsial yang hanya menjadi program satu instansi tertentu, sedangkan instansi lain memilih tak tahu atau bahkan tak mendukung.

Negara Lain

Menurut Pri, seperti dalam ReforMiner Policy Analysis, di negara-negara lain pengembangan BBG sebagai bahan bakar alternatif  juga mengalami permasalah yang hampir sama. Belum tersedianya infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas, sulitnya meyakinkan swasta agar turut terlibat, harga BBG yang hampir sama saat minyak murah, sulitnya meyakinkan masyarakat beralih ke BBG, itu merupakan segudang masalah yang harus diselesaikan.

Akan tetapi, meski dihadapkan permasalahan seabreg dan hampir sama, setiap negara menyikapi berbeda. "Indonesia hanya sebatas menerbitkan peraturan, sedangkan negara lain langsung menyasar ke permasalahan yang dihadapi," tulis laporan itu.

Dari kajian ReforMiner, beberapa pendekatan yang diterapkan negara lain adalah pemberian insentif untuk konsumen dan produsen BBG, memudahkan perizinan pengusahaan BBG, desain fiskal yang menguntungkan pengguna BBG, memprioritaskan pembangunan stasiun pengisian BBG, insentif bagi importir atau produsen mobil BBG, serta mengkoordinasi pihak swasta baik bengkel, dealer, produsen kendaraan BBG, maupun pengusaha SPBG.

Tak heran bila pengembagan BBG di sejumlah negara berkembang pesat. Pakistan, misalnya, negara yang baru memulai pengembangan sejak 1999, per 2010 sudah memiliki 3.285 SPBG. Iran, yang memulai bersama Indonesia pada 2005, juga sudah memiliki 1.574 SPBG, sedangkan Indonesia baru 9 SPBG.

Perbandingan jumlah SPBU di sejumlah negara:

No.  Negara         Awal Konversi   

Jumlah SPBG
(per 2010)

1. Pakistan 1999 3.285
2. Argentina 1984 1.878
3. Brazil 1970 1.725
4. Iran 1995 1.574
5. China 1996 1.350
6. Italia 1930 790
7. India 1993 571
8. Banglades 1982 546
9. Thailand 1984 426
10. Malaysia 1995 159
11. Indonesia 1995 9
 

Demikian juga jumlah kendaraan berbahan bakar gas juga meningkat tajam. Di Pakistan dan Argentina, pada 2000 masing-masing hanya 120 ribu dan 462 ribu unit, pada 2010 sudah berkembang masing-masing 2,74 juta dan 1,90 juta atau tumbuh 218 dan 31 persen per tahun. Di Indonesia justru sebagliknya, jika pada 2000 jumlah kendaraan BBG 3.000 unit, pada 2010 tinggal 2.000 unit. "Artinya terjadi penurunan 3,33 persen per tahun," katanya.

 

Perbandingan pertumbuhan kendaraan berbahan bakar gas

No. Negara Jumlah Kendaraan Gas (2000)* Jumlah Kendaraan Gas (2010)* Pertumbuhan**
1. Pakistan 120 2.740 218
2. Argentina 462 1.901 31
3. Brazil 60 1.664 267
4. Iran 0,8 1.954 24.426
5. China 6 450 740
6. Italia 320 730 12
7. India 10 1.080 1.070
8. Banglades 1 193 1.925
9. Thailand 0,082 218 26.631
10. Malaysia 3,7 46,7 116
11. Indonesia 3 2 -3,3

*  Dalam ribu unit kendaraan
** Dalam persen per tahun

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts