Musim Libur, Kebutuhan Uang Bertambah Rp6 T
VIVAnews - Bank Indonesia memprediksi kebutuhan uang tunai masyarakat selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2012 bakal meningkat sebesar Rp6 triliun.
Juru Bicara BI, Difi A Johansyah memperkirakan, proyeksi kebutuhan uang (outflow) periode Desember 2011, termasuk untuk kebutuhan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012, mencapai Rp48,4 triliun. Kebutuhan tersebut naik Rp6 triliun atau 14,1 persen dibandingkan realisasi kebutuhan uang pada Desember 2010 sebesar Rp42,4 triliun.
Data BI menunjukkan, persediaan uang di BI secara nasional pada akhir November 2011 sebesar Rp144,9 triliun, terdiri atas uang pecahan baru (UPB) sebesar Rp118,7 triliun dan uang pecahan kecil (UPK) sebesar Rp26,2 triliun.
"Persediaan uang tersebut sangat mencukupi untuk memenuhi proyeksi kebutuhan uang pada Natal 2011 dan Tahun Baru 2012, baik dari sisi jumlah total maupun jumlah per pecahan,” kata Difi di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 28 Desember 2011.
Difi menambahkan, persediaan uang di BI secara nasional pasca Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 diperkirakan sebesar Rp112,8 triliun atau masih mencukupi untuk memenuhi kurang lebih 3,9 bulan rata-rata outflow bulanan pada 2012 sebesar Rp28,3 triliun
Selain itu, BI mengungkapkan data temuan uang palsu (Upal) selama periode Januari hingga Oktober 2011. Secara kuantitas, jumlah temuan uang palsu pada periode tersebut mencapai 9 bilyet per 1 juta lembar uang rupiah yang beredar.
Sebagai informasi, jumlah temuan uang palsu pada 2010 rata-rata sebanyak 20 bilyet per 1 juta lembar uang rupiah yang beredar.
“Jumlah uang yang paling banyak dipalsukan pada 2011 (periode Januari-Oktober) adalah uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, dengan wilayah temuan uang palsu terbesar yaitu Jawa Timur, Jabodetabek dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Lampung,” ujarnya.
Selama ini, menurut Difi, upaya penanggulangan uang palsu yang dilakukan BI adalah dengan meningkatkan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang rupiah dengan baik.
Bahkan, sosialisasi dilakukan melalui kegiatan langsung kepada masyarakat di daerah tertentu seperti pasar, perbankan, terminal/stasiun, dan pusat keramaian lainnya, Training of Trainers (TOT) dengan instansi terkait, seperti Pertamina, Perum Pegadaian, Trans-Jakarta, serta melalui pentas budaya seperti wayangan, wayang kulit, wayang golek, dan cengblong.
“BI terus melakukan kerja sama yang lebih intensif, baik dengan Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal) serta aparat penegak hukum lainnya,” ungkap Difi. (art)