Harga LNG Terus Melonjak
VIVAnews - Pertamina meminta pemerintah memanfaatkan opsi kewajiban DMO (domestik market obligation) yang belum dipenuhi oleh para produsen LNG, peserta Kontraktor Kontrak Kerjasama, dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri.
Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Mochamad Harun, menjelaskan saat ini harga LNG terus melonjak seiiring tingginya harga minyak dunia. Hal ini mengakibatkan sangat kecil kemungkinan mengimpor LNG (liquid natural gas) dari Timur Tengah.
Harga LNG pada saat ini berada di kisaran 15 persen hingga 20 persen dari harga Japan Cocktail Crude (JCC) atau sekitar US$16,5–US$22 per MMBTU. "Padahal harga JCC saat ini US$110 per barrel," kata Harun dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Kamis 8 Desember 2011.
Sejalan dengan kebijakan pengurangan subsidi energi di dalam negeri, kata dia, Indonesia memerlukan LNG sebesar 10 juta metric ton per tahun (MTA) mulai 2013. Indonesia,lanjutnya, sebagai produsen LNG sudah seharusnya memanfaatkan kondisi pasar saat ini untuk melakukan renegosiasi kontrak LNG yang harganya masih sangat murah.
Kebijakan pemanfaatan LNG untuk kebutuhan domestik juga sangat mendesak untuk segera direalisasikan sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Indonesia. Hal itu akan memberikan efek berganda yang sangat besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Seperti diketahui, untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit listrik PLN, Pertamina bersama PGN telah membangun Floating Storage Regasification Unit di Teluk Jakarta berkapasitas 3 juta MTA yang akan beroperasi awal Maret 2012.
Pertamina juga telah menyiapkan pembangunan LNG Receiving Terminal di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 juta MTA yang akan mulai beroperasi quartal pertama 2013.
Gas dari Receiving Terminal Jawa Tengah ini selanjutnya akan dialirkan melalui Java Pipeline Project yang sedang di kerjakan oleh Pertamina Gas.
Tahap pertama pembangunan pipa sepanjang 250 km Semarang-Gresik mulai dilaksanakan di awal 2012 dan diperkirakan beroperasi pada 2013. Tahap kedua akan dibangun Semarang-Cirebon dan selanjutnya akan menghubungkan Cirebon-Muara Tawar.
"Dengan demikian seluruh pembangkit listrik PLN, dan industri sepanjang pantai utara Jawa dapat terpenuhi kebutuhan gasnya,"katanya.
Pertamina juga membangun mini LNG Receiving Terminal bersama PLN untuk Tanjung Batu, Batakan, Balikpapan, Semberah, Bali, Pomala, Jeneponto, Tello, Minahasa dan Halmahera dengan total kapasitas 1 juta MTA dan direncanakan mulai beroperasi pada kuartal tiga tahun 2013.
Untuk tetap menghidupkan industri di Aceh, Sumatera Utara dan pemenuhan pembangkit listrik, Pertamina merevitalisasi kilang Arun di Aceh menjadi LNG Receiving Terminal dengan total kapasitas 3 juta MTA yang mulai beroperasi pada awal 2013. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan pasokan LNG yang cukup besar ditahun mendatang.
Pertamina, merupakan satu-satunya perusahaan energi di Indonesia yang memenuhi komitmen DMO. Pasokan gas Pertamina untuk konsumen terdiri dari 34 persen dipasok kepada Perusahaan Gas Negara (PGN), 20 persen untuk kebutuhan industri, 18 persen untuk industri pupuk, 25 persen untuk pembangkit
listrik, dan sisanya untuk kebutuhan kilang Pertamina.