Bank Dunia: Investor Serbu Negara Berkembang

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Minggu, 11 Desember 2011

Bank Dunia: Investor Serbu Negara Berkembang

VIVAnews - Di tengah kekhawatiran krisis surat utang di wilayah Eropa, para pemodal di dunia optimistis mengenai rencana mereka berinvestasi di kawasan negara berkembang dalam 12 bulan mendatang. Kepastian tersebut diperoleh dari hasil survei yang dilakukan lembaga penjaminan risiko politik dari Bank Dunia.

Dari survei yang dilakukan terhadap 275 investor dunia oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), diketahui setengah dari para investor itu berencana untuk meningkatkan investasi di negara berkembang dalam 12 bulan mendatang.

Hampir tiga per empat responden juga mengungkapkan rencana mereka untuk meningkatkan investasi secara moderat di negara berkembang lebih dari tiga tahun mendatang.

Hasil survei juga menemukan hanya 10 persen responden yang berencana mengurangi investasi mereka dan 8 persen lainnya akan menarik kembali investasinya dalam jangka menengah.

Kepala Ekonom MIGA, Ravi Vish, seperti dikutip Reuters.com mengatakan, meski survei tersebut dilaksanakan enam bulan lalu dan belum menangkap kekhawatiran krisis Eropa yang semakin memuncak, investor masih tetap optimistis dengan prospek dari negara-negara berkembang.

Vish mengatakan, kalangan investor sebenarnya mengkhawatirkan dampak dari krisis Eropa dan kemungkinan berkurangnya likuiditas dari perbankan. Jika hal itu terjadi, dikhawatirkan akan menghambat pembiayaan proyek.

"Bank-bank Eropa telah lama menjadi investor terbesar dalam membiayai proyek di negara berkembang," ujar Vish.

Dia menambahkan, investor di negara berkembang selama ini bergerak di sektor minyak, gas, dan pertambangan. Namun, ketertarikan pada sektor perbankan dan infrastruktur juga menunjukkan pertumbuhan.

Survei MIGA juga menemukan bahwa kekhawatiran terbesar dari para investor saat ini adalah putusnya kontrak oleh pemerintah, perubahan aturan, serta nasionalisasi.

MIGA mengatakan sengketa antara investor dan pemerintah biasanya meningkat seiring dengan perubahan politik negara ataupun kejutan ekonomi. (art)

Kerja di rumah

Popular Posts