Mojang Pejuang Sampah dari Bandung

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Minggu, 06 November 2011

Mojang Pejuang Sampah dari Bandung

VIVAnews - Si "Pejuang Sampah", Khilda Baiti Rohmah terpilih menjadi pemenang favorit dalam anugerah Danamon Award 2011. Dalam ajang ini, PT Bank Danamon Tbk memilih lima pejuang kesejahteraan Indonesia.

Berawal dari kecintaannya kepada sampah, Khilda masuk Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan, Bandung, pada 2007. Kuliah ini juga untuk memenuhi cita-citanya sebagai insinyur seperti Si Doel. Sebagai mahasiswa lingkungan, di sela kuliah Khilda mulai aktif di lembaga swadaya masyarakat pengelolaan sampah.

Kecintaan kepada lingkungan, membuat gadis berusia 23 tahun ini mengajak para tukang sampah untuk memilah sampah organik dan non organik. Sampah organik diolah menjadi kompos dan non organik dibuat menjadi aneka kerajinan.

Pada awal melakukan kegiatan ini, pada 2007, tidak ada warga yang mendukung. Namun, dengan keuletan dan semangat yang tinggi, kini warga sadar sampah dan hasilnya dapat dinikmati. 

Saat ini, ia tengah mengembangkan penemuannya tentang pengolahan sampah sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah.

Dalam Danamon Award kali ini, Khilda terpilih melalui voting online dan SMS yang dilakukan sejak 30 September hingga 30 Oktober 2011. Ia mendulang suara lebih dari 3.000 suara, sehingga dinobatkan menjadi pemenang favorit.

Berikut wawancara VIVAnews.com bersama "Si Pejuang Sampah" di sela perhelatan Danamon Award di Jakarta, Jumat lalu.

Apa yang sudah dilakukan sehingga Anda terpilih sebagai penerima Danamon Award 2011?

Ini berawal ketika saya mengelola sampah yang tidak cuma satu tempat. Perjuangan tak cuma satu-dua tahun. Ini sudah hampir enam tahun saya berkarya di bidang lingkungan hidup. Alhamdulillah membuahkan hasil.

Bisa diceritakan awal mulanya dalam pengolahan sampah?
Awalnya saya ikut LSM Yayasan Pengembangan Bioteknologi Bandung (YPBB). Di sana saya belajar tentang pengelolaan sampah, bagaimana cara mengolah sampah dan membuat kompos. Dari sana lah saya mengembangkan ilmu. Waktu itu saya masih kelas 2 SMA.

Apakah kecintaan Anda terhadap lingkungan  membuat Anda kuliah di jurusan lingkungan?
Dari dulu saya ingin jadi insinyur seperti Si Doel, tapi nggak tau insinyur apa. cuma karena ikut kegiatan tentang lingkungan sudah dua tahun, akhirnya saya tertarik dan saya masuk Teknik Lingkungan di Universitas Pasundan Bandung.

Karena saya biaya sendiri, dari awal masuk saya sempat menjadi loper koran dan bekerja di tempat lain.

Kebetulan pelajaran yang saya dapatkan adalah di bidang pengolahan sampah di bagian pendamping masyarakat untuk tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Cimahi. Dari sana saya bekerja kurang lebih enam bulan, dan setelah pekerjaan beres, saya tidak meninggalkan komunitas tersebut. Di sini saya membuat pengolahan sampah, membuat kompos, dan kerajinan sampah.

Beranjak dari Cimahi saya di Bandung membuat pelatihan pengolahan sampah. Ini bersama dosen dari Universitas Pasundan.  Pada 2009 saya kerja praktek di Sukabumi. Saya lihat Dinas Kebersihan berbicara tentang TPST, dari sana saya tertarik jadi relawan.

Awal kali kami datang di Kelurahan Baros dan Kelurahan Cigundul, saya membuat pengolahan kompos dan kerajinan dari sampah. Saya  dibantu masyarakat sekitar, difasilitasi Dinas. Akhirnya di sana berkembang kurang lebih 20 ibu-ibu, bikin kerajinan sampah. Mereka itu senang dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Pada saat yang paling jadi gebrakan adalah ketika membuat pasar rakyat, jadi pasar potensi wilayah sekitar. kebetulan produk sampah menjadi satu unggulan disana. tepat pada saat penilaian tingkat provinsi untuk kota Sukabumi menjadi salah satu pemenangnya dengan unggulan pengolahan sampah.

Lalu Anda mengembangkan ke mana?

Dari Cigundul, kami dapat kunjungan dari Kementerian Dalam Negeri, penilaian Goverentment Award, saya mendukung award itu di bidang pengolahan sampah dan Sukabumi menang. Cigundul beres, pada 2009 dengan berbagai project saya di nobatkan di Asoka Young Changemaker 2009.

Waktu itu saya mendapatkan dana proyek yang dikembangkan ke berbagai daerah, salah satunya di Baros. Ketika di Baros mulai berjalan, waktu itu ada seorang wartawan dai Pikiran Rakyat, yang ingin meliput kegiatan. Kami antar ke Cigundul yang sudah berjalan. Dari situ saya di nominasikan di Sampoerna Pejuang 9 Bintang. Dari sana kami dapat dana kembangkan program lagi yang di Baros.

Pada suatu saat saya bertemu dengan Pak Herman Riyadi, dari Universitas Ciputra Jakarta mengajak kerjasama. Dia menawarkan pengolahan sampah penangkaran kera di Tangerang.

Di situ saya mengelola sampah kulit pisang empat ton per bulan. Dari sanalah saya mengolah kulit pisang menjadi minyak sampah. Sekarang masih dalam masa uji coba dan desain proyeknya sedang dikerjakan. Akhir tahun ini kami sudah mulai berjalan.

Saya juga dapat kerjaan pengelolaan sampah di mal di Cikarang Barat. Tapi proyeknya belum beres. Saya juga mengerjakan proyek pengolahan sampah pertambangan di Ternate.

Ada yang menghasilkan uang secara langsung dan berdampak pada masyarakat?
Kompos dan kerajinan itu sangat langsung. Maksudnya ketika mereka membuat kerajinan lalu menjualnya hasilnya lumayan. Dari satu orang bisa menghasilkan Rp200-350 ribu per bulan. Itu bersih. Jadi bahan baku seperti misalnya kemasan-kemasan kopi kita jadikan tas, dompet kecil, atau bros. Bros itu dari kertas kalender dan itu yang menjadi primadona sekarang. Dan dari daur ulang botol-botol plastik.

Harapannya ke depan seperti apa?
Saya ingin mengajak generasi muda untuk menciptakan perubahan di Indonesia. Kalau bukan kita yang menciptakan, siapa lagi. Kalau saya lihat sampah yang semakin banyak menumpuk, itu yang menjadi masalah besar dan itu pemecahannya susah.

Saya ingin mengajak orang-orang untuk mengelola sampah. Jangan sampai sampah menjadi masalah. Ayo jadikan berkah. Ayo kurangi sampah, dan ayo kita daur ulang sampah untuk menjadikan pendapatan bersama.

Kerja di rumah

Popular Posts