Ekspor Rotan Disetop, Pengusaha Mengeluh
VIVAnews - Pemerintah memutuskan penghentian ekspor rotan mulai Desember mendatang. Namun, penutupan keran ekspor rotan terus menuai protes terutama di daerah penghasil rotan.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia menilai keputusan itu tak efektif karena tidak memperhatikan kepentingan-kepentingan pihak terkait.
"Kami mau supaya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, tidak sepihak dalam mengambil keputusan. Karena rotan ini kan mempunyai tarik menarik kepentingan," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur, di kantornya, Jakarta, Rabu, 2 November 2011.
Beberapa pihak yang berkepentingan dengan rotan di antaranya adalah eksportir, pelaku usaha mebel dan kerajinan rotan, asosiasi pengusaha rotan, asosiasi yang mengandalkan rotan setengah jadi, petani pemungut, pengumpul serta pemerintah daerah. Selain itu, banyak hal di sektor ini yang saling terkait antara lain regulasi, kebijakan ekspor, tata niaga, hingga budidaya rotan.
"Saya banyak mendapatkan komplain dari pengusaha-pengusaha daerah, ini harus disikapi. Karena industri pengolahan juga anggota Kadin, eksportir anggota Kadin, jadi kami kan mengayomi kepentingan semua," ungkapnya.
Natsir juga menilai, tata niaga rotan dengan menerapkan resi gudang dan sistem penyangga, yakni menyerap sementara rotan mentah yang selama ini diekspor merupakan solusi yang masif. Ini terjadi karena akan bersinggungan dengan bunga bank yang tinggi dan ketidakpastian rotan itu terjual.
"Diperlukan jeda waktu untuk transisi sebelum keputusan diberlakukan dan seharusnya pemerintah juga memperhatikan daerah-daerah penghasil rotan, misalnya dengan pembangunan industri rotan di daerah-daerah itu," kata dia.
Ia mengingatkan rotan memiliki berbagai jenis, sehingga harus dipilah-pilah dan jangan digeneralisasi. Kebijakan tepat harus diterapkan untuk rotan yang memang memiliki nilai tinggi baik untuk industri maupun sebagai komoditas ekspor.
"Pemerintah mau tiba-tiba menyetop ekspor rotan ini, rotan ini kan bukan cuma satu jenis tapi ada banyak jenisnya," kata Natsir. (art)