Tak Selamanya TKI Bernasib Sial

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Rabu, 06 Juli 2011

Tak Selamanya TKI Bernasib Sial

VIVAnews - Tak selamanya jadi Tenaga Kerja Indonesia alias TKI bernasib tragis disiksa majikan atau bahkan masuk bui karena kriminal. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat ada satu desa yang kebanyakan warganya kini berprofesi sebagai wirausaha.

Tidak kurang 20 usaha kecil tumbuh di Desa Gelogor, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Mereka mayoritas mendirikan usaha dari modal hasil kerja di luar negeri.

Adalah Joni Lazarus, warga Dusun Gelogor Pusat, desa Gelogor, yang merupakan salah satu pengusaha desa itu. Dia menceritakan, setelah dua tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia, dia berhasil mengumpulkan sejumlah modal. Alhasil, pria 28 tahun itu bisa membangun pabrik kerupuk kedelai di desanya.

Sepulang dari Malaysia pada 2007, Joni membeli peralatan pembuatan kerupuk. Mulai dari alat pencetak, tungku pembakar, hingga peralatan lain. "Kurang lebih saya menghabiskan Rp30 juta." katanya. "Uang itu sudah termasuk belanja bahan-bahan."

Dia pun lalu merekrut tujuh orang yang tak lain masih keluarga. Mereka bertugas mengolah, mencetak, memotong, menjemur, hingga mengemas krupuk hingga siap kirim.

Sekarang usahanya terus berkembang. Tak lagi mempekerjakan tujuh orang, melainkan sudah 20 karyawan. Saat VIVAnews.com berkunjung ke pabriknya pada akhir bulan lalu, dia mengaku bisa membuat kerupuk 400 kilogram tiap dua hari. "Kalau cuacanya bagus, bisa 500 kg," katanya.

Kerupuk dari pabrik milik Joni ini dijual Rp10 ribu per kg. Artinya, dalam sekali produksi, omzet pabriknya Rp4 juta per dua hari atau Rp60 juta per bulan. Ini merupakan harga kerupuk kualitas biasa. Bila Joni membuat kerupuk kualitas bagus, krupuk bisa laku Rp42 ribu per kg.

Karena ini bisnis makanan, Joni punya margin yang lumayan tinggi. "Bisa Rp2 juta sekali produksi atau 50 persen, belum termasuk ongkos pekerja," katanya.

Dengan melihat keuntungan yang besar ini, tak heran jika banyak pemuda yang kepincut ke luar negeri mencari modal, lalu pulang membuat pabrik krupuk.

Penjabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Gelogor Marwan mengungkapkan, usaha kerupuk menjadi salah satu upaya membuka lapangan kerja bagi pemuda desa. “Kami berharap usaha ini terus berkembang sehingga daerah kami tak lagi dikenal sebagai pengirim TKI, melainkan sebagai kawasan industri kerupuk kedelai,” katanya.

Desa Gelogor merupakan salah satu desa yang dikenal sebagai kampung TKI. Desa ini berpenduduk 6.194 jiwa yang terbagi dalam 2.017 kepala keluarga (KK). Luas wilayahnya mencapai 168.162 hektare  dengan lahan pertanian seluas 100 hektare lebih.

Disebut sebagai desa TKI karena jumlah penduduk yang berangkat menjadi TKI mencapai 600 orang atau hampir 10 persen dari total penduduk. Meski begitu, warga Gelogor juga mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan sebagai penopang perekonomian mereka. (Laporan: Edy Gustan, Mataram, eh)

Kerja di rumah

Popular Posts