BRI Tak Khawatir Ancaman Bubble Otomotif
VIVAnews - Manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tidak khawatir atas potensi munculnya gelembung (bubble) ekonomi akibat penyaluran kredit pada sektor otomotif. Alasannya, bank pelat merah ini tidak banyak bergerak di sektor pembiayaan kredit kendaraan.
"Untuk kredit sektor otomotif, itu bukan prioritas utama kami," kata Dikretur Keuangan BRI, Achmad Baiquni dalam keterangan pers di kantor pusat BRI, Jakarta, Jumat, 29 Juli 2011.
Seperti diketahui, Bank Indonesia menyoroti kucuran kredit ke sektor otomotif dan properti yang terlalu berlebihan. Bahkan, bank sentral di Tanah Air itu mengkhawatirkan munculnya bubble ekonomi terutama dari sektor otomotif.
Menurut Baiquni, selama ini, penyaluran kredit BRI pada sektor otomotif hanya berkontribusi sebesar 10-20 persen terhadap total kredit perusahaan. Hingga semester I-2011, BRI mencatat portofolio kredit sebesar Rp265,82 triliun atau naik 17,49 persen dibandingkan posisi sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit ini dipimpin oleh kredit mikro yang naik 35,39 persen menjadi Rp83,97 triliun per Juni 2011.
Baiquni juga menilai, pendapat BI yang menyatakan Indonesia terancam mengalami bubble ekonomi karena sektor otomotif tidak sepenuhnya benar. BRI menilai, perekonomian Indonesia saat ini masih bagus karena pertumbuhan di atas 6 persen. Selain itu, tingkat inflasi Indonesia masih tidak terlalu tinggi.
"Untuk pembayaran uang muka, kami masih menerapkan seperti dulu yaitu sekitar 10-20 persen, tergantung tingkat kebutuhan nasabahnya sendiri," ujar dia.
Menurut dia, BRI juga terus berupaya untuk meningkatkan penyaluran di sektor perumahan. Pada bisnis kredit pemilikan rumah (KPR), BRI menilai keperluan masyarakat untuk memiliki rumah menjadi salah satu kebutuhan primer. Hingga kini, BRI masih menetapkan tingkat suku bunga KPR sekitar 6 persen. (art)