Jembatan Selat Malaka Telan Rp110 Triliun
VIVAnews - Pembangunan jembatan yang menghubungkan Kota Malaka, Malaysia, dengan Pulai Rupat, Provinsi Riau, diperkirakan menelan dana US$12,75 miliar atau sekitar Rp110 triliun dengan kurs Rp8.600 per dolar AS.
Dalam proposal singkat yang diajukan perusahaan asal Malaysia, Strait of Malacca Partners Sdn Bhd, dana sebesar itu tidak hanya digunakan untuk pembangunan jembatan. Melainkan juga untuk membangun jalan di Pulau Rupat sepanjang 71 kilometer (km) dan jembatan yang menghubungkan Pulau Rupat dengan Pulau Sumatera sepanjang 8 km.
Pembangunan Jembatan Selat Malaka sebenarnya hanya membutuhkan US$11 miliar (Rp94,6 triliun). Sementara itu, sisanya US$1,75 miliar (Rp15 triliun) untuk infrastruktur di Pulau Rupat. Bank Exim China siap membiayai proyek ini.
Jembatan Selat Malaka yang didesain sepanjang 48,69 km diperkirakan selesai dalam 10 tahun. Studi kelayakan dan pembuatan desain membutuhkan empat tahun, sedangkan masa konstruksinya enam tahun.
Bila pembangunan dimulai tahun ini, jembatan akan selesai pada 2021. Ditambah pengerjaan akhir dan lain-lain, operasi jembatan ini sudah bisa dilaksanakan pada 2003 atau 2025.
Strait of Malacca Partners menyatakan, bila pembangunan ini ditunda-tunda, nilainya akan terus membengkak. Ini karena terjadi inflasi dan kenaikan harga barang dan jasa.
Setelah selesai, proyek ini nantinya akan dioperasikan sebagai jalan berbayar alias jalan tol. Perusahaan memperkirakan, pendapatan tol mencapai US$182 juta (Rp1,5 triliun) pada 2025, dan US$776 juta (Rp6,67 triliun) pada 2075. Jembatan ini akan terus beroperasi hingga umur 120 tahun.
Menanggapi rencana Malaysia ini, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, pemerintah tetap akan mementingkan pembangunan Jembatan Selat Sunda terlebih dulu. "Sepertinya [pembangunan Jembatan Selat Malaka] belum," katanya, menjawab pertanyaan VIVAnews.com. (art)