BI: 40 Juta Orang Tak Miliki Akses Perbankan
VIVAnews - Bank Indonesia menyatakan, 40 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses perbankan. Menurut Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad, perbaikan akses perbankan akan berpengaruh pada perbaikan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
"Kerja sama dengan Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) menjadi penting karena mereka telah memiliki pengalaman, sehingga bisa transfer pengalaman," ujarnya saat jumpa pers di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Senin 27 Juni 2011.
Edukasi akan menjadi sektor yang paling ditingkatkan untuk menggenjot inklusi atau akses finansial ini. Sebab, BI berasumsi bahwa finansial inklusi tidak dapat terjadi bila tidak didukung oleh pemberian pendidikan kepada masyarakat.
"Edukasi bisa melalui formal (kurikulum) dan informal (seperti program khusus untuk nelayan atau TKI)," tuturnya.
Finansial inklusi ini, diakui, telah mulai dilakukan oleh BI dalam tiga tahun ke belakang. Beberapa program yang telah dilakukan untuk mendukung finansial inklusi ini antara lain Tabunganku dan Ayo Ke Bank. Menurutnya beberapa program tersebut sejauh ini telah berjalan dengan baik dan terus dilakukan pengembangan.
"Sudah berjalan dan terus kita perbaiki. Contoh program Tabunganku sudah 1,4 juta nasabah dengan saldo Rp1,5 triliun dalam satu tahun. Mulai Februari 2010. Ini padahal konsentrasinya pada mikro," jelasnya.
Sekertaris Deputi Jendral OECD, Richard Boucher, menyatakan OECD sangat mendukung inklusi keuangan oleh Indonesia sejak 3 tahun terakhir. Bentuk bantuan dari OECD, dia menjelaskan, tidak dalam bentuk uang seperti bank dunia, tetapi memberikan pengalaman kepada masyarakat. "OECD membantu pengembangan masyarakat melalui diskusi pertukaran pengalaman," ungkapnya. (eh)