2012, Inflasi Tergantung Kenaikan BBM
VIVAnews - Bank Indonesia memprediksi angka inflasi pada 2012 sangat tergantung pada kapan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dilakukan.
"Masalah inflasi agak sulit diprediksi karena tergantung pelaksanaan kenaikan harga BBM," kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, saat rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, di Jakarta, Rabu, 1 Juni 2011.
BI menyatakan, di luar persoalan harga-harga yang ditentukan negara (administered price), seperti harga BBM, tahun depan inflasi akan turun dibandingkan dengan tahun ini. BI dan pemerintah sepakat mengendalikan inflasi tahun depan 4,5 persen plus minus 1, atau sama dengan 3,5-5,5 persen. "Ini dengan berbagai catatan," ujar Darmin.
Catatan tersebut, menurut Darmin, jika tahun ini pemerintah menaikkan harga BBM, target inflasi tahun depan bakal tercapai. Namun, jika tahun ini tidak menaikkan, BI memprediksi angka inflasi tahun depan melambung. Ini karena harga minyak mentah masih tinggi, pemerintah mau tidak mau harus melaksanakan penyesuaian harga.
"Jika tahun ini tidak ada penyesuaian harga BBM, perkiraan kami tahun depan baru dilaksanakan. Dan inflasi tahun depan pun akan melewati 5,5 persen," katanya.
Darmin menegaskan, jika penyesuaian harga BBM ditunda dan tahun ini tidak berubah, tahun ini inflasi bisa 5,2-5,3 persen. Tetapi, bila tahun ini harga BBM dinaikkan, inflasi menjadi 6,3-6,4 persen. "Kalau tahun ini harga BBM dinaikkan, tahun depan inflasi hanya 5 persen," kata Darmin.
Dia juga mengungkapkan, waktu terbaik pemerintah menyesuaikan harga BBM adalah April lalu. Sebab, waktu itu terjadi panen raya. (art)