Sekar dan Direksi Merpati Siap Buka-bukaan
VIVAnews - Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) mengungkapkan, jatuhnya pesawat Merpati Nusantara Airlines MA-60 di Papua awal Mei lalu ternyata membongkar sejumlah persoalan di tubuh maskapai penerbangan itu. Mulai dari penyebab jatuhnya pesawat hingga proses pembelian pesawat tersebut.
"SEKAR (Serikat Karyawan) Merpati sempat mengurai sejumlah dugaan kebobrokan yang terjadi di tubuh perusahaan itu dan mereka secara khusus memohon bantuan hukum kepada AAI untuk memperjuangkan hak-haknya lewat jalur hukum," kata Ketua Umum AAI, Humphrey Djemat, dalam keterangannya yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 25 Mei 2011.
Kepada AAI, Humphrey menambahkan, pihak SEKAR Merpati sempat menuturkan beragam kejadian di manajemen perusahaan itu yang dinilai tidak kondusif. Di antaranya, sikap manajemen Merpati sekarang yang mengambil kebijakan jangka pendek.
"Yaitu dengan cara memberikan gaji kepada karyawan tepat pada waktunya. Tetapi di sisi lain, pembayaran tidak dilakukan kepada pemilik pesawat, pemilik avtur, yang memberikan asuransi (Jasa Raharja), dan PLN untuk kebutuhan listrik di Angkasa Pura," ujarnya.
Selain itu, dia melanjutkan, kini di kalangan manajemen Merpati juga diduga terjadi diskriminasi. Manajemen saat ini hanya memilih pejabat dari kelompoknya saja, sedangkan orang-orang yang justru bisa berkontribusi justru tidak dipilih. "Kondisi ini bisa menyebabkan adanya informasi yang dapat mempengaruhi kualitas penerbangan, safety, dan lain-lain," tutur Humphrey.
Salah satu contoh, tutur Humphrey, bisa dilihat dari pengunduran diri Wakil Direktur Utama Merpati, Adi Gunawan. "Dia mundur jauh sebelum jatuhnya pesawat MA-60. Padahal, dia sempat memberi sinyal sebelum kejadian itu," kata dia.
Selanjutnya, dia menjelaskan, di manajemen Merpati kini terungkap banyak posisi yang salah tempat. "Sekarang posisi staf ahli direktur teknik diisi oleh seorang penerbang, apa kontribusi yang bisa diberikan seorang penerbang terhadap bidang teknik," ujar Humphrey.
Bahkan, Humphrey menambahkan, berdasarkan pengakuan pihak SEKAR, banyak karyawan lama yang sudah pensiun, kini dikontrak lagi oleh pihak manajemen Merpati. Kondisi itu menyebabkan terhambatnya infrastruktur dan pengiriman produk.
"Akibatnya, ownership terhadap Merpati menjadi berkurang, karena karyawan tetap menjadi banyak tidak berfungsi," kata dia. Orang-orang yang sudah pensiun kemudian dikontrak lagi oleh Merpati itu sudah mendapat pesangon.
Sementara itu, Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines, Sardjono Jhony Tjitrokusumo menuturkan, manajemen siap membuka data-data mengenai adanya dugaan kebobrokan yang dilontarkan pihak SEKAR yang disampaikan melalui AAI tersebut.
"Kami siap menjawab mereka dengan menggunakan data, baik yang baru maupun yang lama," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 25 Mei 2011.
Dia menambahkan, munculnya dugaan-dugaan itu akibat adanya orang-orang yang merasa sakit hati dengan manajemen Merpati saat ini. "Ini kan hanya ulah barisan sakit hati. Dan kenapa mereka pakai AAI, karena kebetulan ada dua anggota mereka yang dipecat, karena asal ngomong," tutur Sardjono. (art)