Pemerintah Pastikan Tak Naikkan Harga BBM
VIVAnews - Pemerintah berencana menerapkan uji coba sistem pengaturan jumlah normal konsumsi bahan bakar minyak per hari pada kendaraan bermotor di bulan September mendatang. Pemberlakuan sistim ini akan berlangsung selama tiga bulan dengan 500 kendaraan sebagai sampel.
Menurut Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo, opsi itulah yang akan diterapkan, bukan dengan pembatasan (kendaraan pribadi atau umum) atau menaikkan harga BBM, seperti kabar yang selama ini berkembang luas. "Hal ini akan dibicarakan di internal pemerintah dan DPR. Nanti akan kita lihat bersama-sama, apakah sistim ini akan efektif atau tidak, apakah mengganggu atau tidak karena kita tidak ingin mengganggu," ujarnya seusai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Gedung MPR-DPR RI, Jakarta, Senin, 30 Mei 2011.
Pembatasan penggunaan per hari ini diharapkan dapat menekan lonjakan penggunaan volume BBM yang kian hari kian meningkat. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tahun ini, realisasi terhitung hingga 22 Mei 2011 telah mencapai 15,46 juta Kilo Liter (KL) dari kuota BBM subsidi sebesar 38,59 juta KL.
Dari besaran tersebut, bila dijabarkan terlihat konsumsi premium telah 9,37 juta KL dari kuota 23,19 juta KL, minyak tanah 0,74 juta KL dari kuotanya 2,32 juta KL, solar 5,35 juta KL dari kuota 13,08 juta KL.
Saat ditanya berapakah nominal besaran anggaran subsidi BBM pada tahun ini, Evita menegaskan belum menghitung. "Kalau dari rupiahnya kita belum hitung, kita hanya (menghitung) dari volume untuk sementara ini," jelasnya.
Bila keadaan ini (tanpa adanya pembatasan) dibiarkan terus berlanjut maka pemerintah memperkirakan volume konsumsi BBM subsidi pada tahun 2012 bisa mencapai 45,6 juta KL. Sedangkan jika melakukan pengaturan pemberian BBM bersubsidi maka kuotanya hanya 41,7 juta KL.
Asumsi kuota konsumsi BBM subsidi pada 2012, menurut dia, mengacu pada realisasi konsumsi di tahun ini. Kisaran angka sebesar 41,7 - 45,6 juta KL, dengan rincian, premium 25,2 - 27,8 juta KL, kerosene 2,1 juta KL, solar 14,4 - 15,7 juta KL.