Pembobolan Marak, Bank Syariah Lebih Aman?

VIVAnews - Maraknya pembobolan dana nasabah di bank-bank konvensional membuat kesempatan bagi perbankan syariah merebut pangsa pasar perbankan konvensional. Perbankan syariah harus bahu-membahu agar dapat memberikan layanan setingkat bank asing guna menarik nasabah.
"Pangsa pasar bank syariah baru tujuh persen dari total perbankan nasional," kata Presiden Direktur BRI Syariah, Ventje Raharjo, di Bandung, Selasa 10 Mei 2011.
Ventje menjamin perbankan syariah lebih aman dibandingkan bank konvensional selama memegang teguh prinsip syariah. Dalam menjaga operasi bank agar tidak kebobolan, ada dua hal yang perlu dilakukan.
Dari sisi teknis, perbankan syariah harus membuat standar operasi yang sesuai dengan standard best practice, yang terus-menerus diuji. "Sedangkan untuk nonteknis, kami harus mempunyai tenaga operasional yang benar-benar mempunyai keinginan melindungi bank," katanya.
Kinerja bank syariah, khususnya BRI Syariah, menurut Ventje, semakin bagus. Pertumbuhan BRI Syariah yang dibangun pada 1 Januari 2009 hingga sekarang sudah di atas 100 persen. Saat awal didirikan, aset BRI Syariah sebesar Rp1,5 triliun. Namun, pada akhir 2009, aset meningkat menjadi Rp3,8 triliun dan hingga akhir 2010 telah menjadi Rp6,8 triliun.
"Akhir Maret 2011, aset BRI Syariah mencapai Rp7,2 triliun. Itu menunjukkan masih ada pertumbuhan. Hingga akhir 2011, target aset mencapai Rp10 triliun," katanya.
Financing to deposit ratio (FDR) atau rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima BRI syariah mencapai 90 persen. Sementara itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 20 persen. Hingga akhir tahun, BRI Syariah menargetkan CAR 13-14 persen.
"Walaupun terjadi penurunan laba pada 2010, namun itu karena pada 2009 baru tahap perencanaan pengembangan bank," ujarnya. (art)