4 Konsorsium Bersaing Garap PLTU Jateng
VIVAnews - Hingga tenggat waktu penyerahan dokumen penawaran proyek tender (bid submission) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa Tengah, PLN mengumumkan empat dari tujuh calon investor dinyatakan lolos sebagai peserta tender proyek senilai Rp30 triliun tersebut.
Proyek PLTU Jateng adalah salah satu proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt (MW) tahap II. Proyek raksasa ini telah memperoleh kepastian penjaminan dari pemerintah melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
“PLN akan melakukan evaluasi penawaran dan diharapkan dapat mengumumkan pemenang tender pada bulan Juni 2011” kata Direktur Utama PLN Dahlan Iskan dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com, Jakarta, Minggu 1 April 2011.
Empat calon investor yang dinyatakan lolos tersebut adalah Konsorsium J Power - Itochu-Adaro, Shenhua, Marubeni Corporation, dan Konsorsium Guandong - Yudean. Keempat calon investor tersebut selama ini dikenal sebagai pelaku bisnis energi di dunia.
Dahlan mengharapkan, pengerjaan proyek dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta ini dapat berjalan lancar sesuai rencana. Proyek PLTU Jawa Tengah memiliki kapasitas 2 x 1000 MW dengan biaya investasi mencapai US$3,2 milyar atau sekitar Rp30 trilyun. PLTU ini dijadwalkan mulai beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada tahun 2017.
"Sedangkan jangka waktu kontrak pembelian listrik dengan PLN atau Power Purchase Agreement (PPA) adalah 25 tahun dengan skema Build-Operate-Transfer (BOT)," kata Dahlan.
Proyek PLTU Jawa Tengah, lanjut Dahlan, sangat strategis untuk pemenuhan kebutuhan listrik khususnya di Jawa Bali yang tumbuh sekitar 8 persen per tahun. Saat ini beban puncak sistem kelistrikan di Jawa Madura Bali sebesar 18.600 MW. Dengan tingkat pertumbuhan permintaan yang relatif tinggi maka upaya antispasi diperlukan untuk mengimbanginya.
Menurut Dahlan PLTU Jawa Tengah yang berlokasi di Pemalang Jawa Tengah ini menggunakan teknologi supercritical/ultra-supercritical, yang memiliki tingkat efisiensi dan emisi karbon lebih baik dari pembangkit batu bara yang dimiliki PLN saat ini.