Dana Asing Digiring ke Obligasi Infrastruktur

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Senin, 25 April 2011

Dana Asing Digiring ke Obligasi Infrastruktur

VIVAnews - Memanfaatkan derasnya arus masuk modal asing (capital inflow) ke Indonesia, pemerintah berencana mengalirkan dana-dana tersebut ke instrumen investasi obligasi infrastruktur.

"Kami manfaatkan capital inflow yang besar ini untuk didorong ke obligasi infrastruktur," kata Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, di kantornya, Jalan Wahidin, Jakarta, Senin, 25 April 2011.

Hatta berharap, dengan mengarahkan capital inflow ke instrumen obligasi infrastruktur, pemodal asing bakal lebih lama menyimpan dananya di Tanah Air. Minimal mereka akan menginvestasikan dananya untuk jangka menengah dan panjang.

Namun, Hatta mengakui, pemaksaan agar investor asing masuk obligasi infrastruktur memerlukan persyaratan yang tidak mudah. Indonesia, dia melanjutkan, harus mengantongi peringkat surat utang yang sudah dapat dipercaya investor.

Sebagai informasi, Indonesia kini tinggal selangkah lagi memperoleh peringkat negara investment grade.

Lebih lanjut, penerbitan obligasi infrastruktur bakal menguntungkan Indonesia karena memiliki biaya murah akibat dari imbal hasil (yield) yang tidak terlalu tinggi.

Menurut Hatta, saat ini banyak perusahaan pengelola dana pensiun yang menginvestasikan dananya untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti pelabuhan, jalan tol, bandar udara dengan skema pembiayaan tetap.

Dari contoh tersebut, Hatta menilai pembangunan infrastruktur sebetulnya tidak membutuhkan kucuran kredit dari perbankan. Hal itu berkaca dari pengalaman India yang mampu menjalankan proses pembangunan infrastruktur dengan dana berasal dari pasar modal.

Terkait ide pembentukan bank pembangunan untuk untuk mempercepat pendanaan infrastruktur, Hatta menegaskan hal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Bank Indonesia (BI). Bank sentral akan memerlukan kajian mendalam mengenai rencana tersebut.

Selama ini, pembiayaan proyek infrastruktur biasanya dibantu dari pinjaman kredit sejumlah perbankan nasional. Pemerintah menilai faktor terpenting dari pembangunan proyek infrastruktur adalah memanfaatkan dana murah dan masuknya dana asing untuk kegiatan pembangunan nasional.

"Saya tidak bisa gegabah mengatakan setuju atau tidak setuju (pembentukan Bank Pembangunan) karena dengan alasan-alasan yang kuat," kata Hatta.

Berdasarkan data dari Institute of International Finance, aliran modal tahun ini diperkirakan US$400 miliar di Asia.

Dari angka itu, China yang paling banyak akan terguyur aliran modal. Sementara itu, Indonesia diperkirakan mendapat limpahan US$13-15 miliar atau sekitar Rp117-135 triliun. (art)

Kerja di rumah

Popular Posts