Produk Makanan Jepang di Jakarta Masih Laris
VIVAnews - Tsunami Jepang yang terjadi beberapa waktu lalu merusak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima. Ancaman radiasi nuklir yang ditimbulkan akibat kerusakan itu sempat menimbulkan kekhawatiran pemerintah dan warga Jepang.
Beberapa negara juga telah menginspeksi makanan dari Jepang dan barang-barang melalui kargo yang dikhawatirkan mengandung radiasi nuklir.
Pemerintah Jepang mengatakan, sejumlah makanan seperti bayam dan susu dari peternakan di dekat reaktor PLTN Fukushima yang lumpuh, tercemar radiasi yang melampaui batas keamanan yang ditetapkan pemerintah.
Bahkan, Bea Cukai Amerika Serikat juga menemukan laporan radiasi dari kargo yang baru datang dari Jepang di sejumlah bandara termasuk Chicago, Dallas, dan Seattle.
Lantas, bagaimana di Indonesia? Hingga saat ini, pemerintah belum menerima laporan mengenai barang impor yang mengandung radiasi nuklir tersebut.
"Sampai sekarang ini belum ada laporan mengenai terjadinya kontaminasi radiasi terhadap barang-barang impor. Jadi, saya tidak mau berspekulasi soal itu," kata Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, Jumat 18 Maret 2011.
Berdasarkan pantauan VIVAnews.com, Selasa, 22 Maret 2011 di sebuah supermarket yang menjual aneka kebutuhan Jepang, Papaya Fresh Gallery, di kawasan Melawai, suasana belanja juga terlihat normal.
Sebagian besar konsumen ekspatriat terlihat berbelanja berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Beberapa konsumen domestik pun terlihat sedang memilih-milih bahan makanan.
Di supermarket tersebut, aneka makanan segar tersedia. Dari label makanan yang tertera, sebagian besar memang diimpor dari Jepang. Di deretan rak berpendingin, makanan basah seperti ikan, sayur, dan buah dengan harga beragam dengan label dwi bahasa, Indonesia dan Jepang.
Produk segar impor, sering disebut "produk kargo" seperti sayur dan buah, dijual lebih mahal dibanding produk segar lokal. Pada rak-rak toko yang tidak begitu luas, terdapat aneka produk makanan dan minuman asal Negeri Sakura seperti susu cair, susu kedelai, bubuk teh, hingga minuman energi. Di sudut rak lain, aneka produk makanan jadi seperti roti dan kue juga tersedia.
Seorang pembeli yang baru keluar dari Supermarket, Lina, mengaku berbelanja di Papaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena dekat dengan rumahnya. "Saya biasa membeli kebutuhan sehari-hari seperti sayuran dan roti," kata dia.
Menurut Lina, roti dari supermarket tersebut lebih empuk. Sementara itu, untuk sayuran dan buah, dia lebih memilih sayuran lokal. "Harga sayuran kargo lebih mahal," ujarnya.
Dia mengaku tidak terpengaruh dengan isu radiasi nuklir yang sedang terjadi di Jepang.
Pembeli lainnya, Kim, juga mengaku selalu membeli barang kebutuhannya di supermarket khas produk Jepang itu. Biasanya, dia membeli bahan makanan segar seperti daging dan sayuran. "Lebih segar dan rasanya lebih terjaga," katanya.
Kim yang telah belasan tahun tinggal di Indonesia percaya dia tidak membeli bahan makanan yang mengandung radiasi. "Saya tidak takut. Tidak ada makanan yang kena radiasi," tuturnya.
Sementara itu, petugas yang berjaga di supermarket tersebut tidak bersedia berkomentar terkait antisipasi pengelola terhadap keamanan produk makanan yang diimpor dari Jepang itu.
"Saya tidak bisa berkomentar karena tidak ada perintah dari atasan. Kebijakan di sini tidak bisa (harus ada izin atasan)," kata petugas di supermarket Papaya yang tidak bersedia menyebutkan namanya itu. (umi)