Pembatasan BBM Dinilai Mustahil Dilakukan
VIVAnews - Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan pesimistis pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi yang dimulai 1 April 2011, bisa terlaksana dengan baik. Tingginya inflasi menjadi salah satu alasan sulitnya menerapkan kebijakan ini.
Fauzi memperkirakan pemerintah tak bakal mencabut subsidi BBM ataupun melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi, karena inflasi pangan diperkirakan melampaui 7,5 persen pada kuartal II tahun ini. "Kalau subsidi BBM dibatasi, pemerintah akan menuai kritik yang sangat pedas," kata Fauzi di Jakarta, Senin, 21 Februari 2011. "Karena itu, (pembatasan BBM) mustahil dilakukan."
Menurut Fauzi, kemampuan fiskal pemerintah masih kuat membiayai subsidi BBM tahun ini. Tahun lalu, misalnya, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara masih tergolong kecil. "Ini bisa dijadikan indikator," katanya.
Selain itu, menurut Fauzi, Indonesia juga menikmati tingginya harga komoditas dunia, khususnya energi. Walaupun minyak mentah masih impor, namun ekspor Indonesia di sektor energi lain, seperti batu bara, sangat besar.
"Naiknya harga minyak juga ikut mengerek harga batu bara, sehingga tingginya harga komoditas juga menaikkan pendapatan negara," ujarnya.
Menurut Fauzi, mekanisme pencabutan subsidi BBM yang paling memungkinkan adalah dengan menaikkan harga. Pembatasan konsumsi premium dan solar, kata dia, tak akan efektif memangkas subsidi BBM. (kd)