Ini Sektor Bisnis yang Terimbas Krisis Jepang

VIVAnews - Dampak ekonomi akibat gempa bumi, tsunami, dan krisis nuklir Jepang belum bisa diketahui pasti. Sejumlah ekonom dunia, hanya bisa memprediksi bencana ini akan menjadi pukulan berat bagi perekonomian Jepang.
Janet Hunter, dosen Perekonomian Jepang di London School of Economics, mengatakan, gangguan sekecil apa pun pada sektor manufaktur Jepang, sudah pasti akan berimbas pada perekonomian negara itu. Padahal Jepang telah mengalami stagnasi selama dua dekade terakhir ini.
Sementara itu, Carl Weinberg, kepala ekonom High Frequency Economics, perusahaan riset yang berbasis di New York, menyatakan bahwa bencana di negara perekonomian terbesar ketiga di dunia itu akan berdampak pada perekonomian global. “Guncangan Jepang akan berdampak pada bisnis apapun, di manapun mereka berada,” kata Weinberg, seperti dilaporkan CNN.
Meski dampaknya belum terlihat pasti, majalah bisnis Fortune, Rabu 16 Maret 2011 melaporkan setidaknya lima sektor terkena imbas bencana ini. Sektor-sektor tersebut adalah:
1. Industri otomotifSebagai produsen mobil terbesar ketiga dunia, Jepang berharap bencana alam ini tak mengganggu produksi kendaraan bermotor yang dijual di seluruh dunia.
Beberapa produsen otomotif terbesar Jepang menutup pabriknya, pada Senin lalu, setelah krisis listrik terjadi. Sejumlah analis memperkirakan gangguan akan berlanjut hingga akhir bulan ini.
Kondisi ini juga akan memengaruhi pasar mobil Amerika Serikat. Sebab, catatan analisis Deutsche Bank, sebanyak 12 persen kendaraan yang dijual di Amerika Utara berasal dari Jepang.
"Lima bulan ke depan merupakan penjualan terbesar musiman, sehingga krisis ini bakal memengaruhi stok kendaraan di AS," tulis laporan itu.
2. Industri semikonduktorJepang adalah salah satu negara yang mendominasi industri semikonduktor global. Chips kecil yang memiliki kekuatan segudang ini banyak digunakan di industri ponsel dan komputer.
Namun, berhentinya operasi sejumlah pabrik besar berpotensi mendorong harga chips dunia melambung. Shin-Etsu Kimia, pembuat wafer silikon yang dibutuhkan untuk memproduksi semikonduktor, mengumumkan telah menghentikan operasi pabrik Shirakawa. Padahal perusahaan ini menyumbang lebih dari setengah produksi wafer silikon Jepang.
3. Industri pariwisataJepang telah lama menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Tetapi gempa dan tsunami telah merusak fasilitas pariwisata dan hotel-hotel mereka. Tentu saja kondisi ini akan berdampak negatif pada pendapatan.
Oriental Land Co, yang menjalankan Tokyo Disney Resort, telah menutup taman wisata dan hotel. Mereka kini tengah menghitung kerugian dan memperbaiki kerusakan.
4. Industri minyakBencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami, seringkali memaksa perusahaan menutup sejumlah pabrik. Demikian juga di Jepang, pabrik-pabrik raksasa pun tutup.
Efeknya, harga minyak mentah dunia jatuh di bawah US$100 per barel, untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan terakhir. Jepang merupakan importir minyak terbesar ketiga di dunia.
Pada Selasa, minyak mentah AS untuk pengiriman April turun US$3,77 ke US$97,42 per barel di New York Mercantile Exchange. Yang pasti, bencana Jepang telah mengalihkan perhatian dari masalah di Timur Tengah yang telah membuat harga minyak melonjak tajam.
5. Industri gas alamTidak seperti banyak komoditas di dunia, gas alam telah menjadi salah satu komoditas yang harganya menurun setahun terakhir ini.
Tapi mungkin tidak lama, konsidinya akan berbalik. Produksi tenaga nuklir, yang menyumbang 30 persen kebutuhan listrik Jepang, telah terhenti dan menyebabkan krisis listrik di Jepang.
Ternyata, gangguan ini justru membantu menaikkan harga gas di bursa berjangka dunia. Para investor berspekulasi bahwa Jepang membutuhkan gas alam cair (LNG) secepatnya.
Pada Selasa, harga gas alam langsung naik 1,2 persen menjadi US$3,959 per satu juta British thermal unit di New York Mercantile Exchange. Meskipun naik, bila dihitung selama tahun ini harga gas masih turun 11 persen. (umi)