Antam Bangun Smelter US$4 Miliar di Maluku

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Rabu, 16 Maret 2011

Antam Bangun Smelter US$4 Miliar di Maluku

VIVAnews - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membutuhkan dana sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp8,7 triliun untuk pendanaan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel di Halmahera Tengah, Maluku Utara.

"Proyek itu sebenarnya menelan dana US$1,6 miliar, tetapi yang 35 persen atau US$600 juta nanti dari kas perusahaan," kata Direktur Utama Antam, Alwin Syah Lubis di Jakarta, 16 Maret 2011.

Saat ini, Alwin menambahkan, perseroan tengah menganalisa metode pendanaan untuk proyek tersebut. "Kita cari yang paling memungkinkan, apakah obligasi atau pinjaman perbankan.

Pada saat bersamaan, dia mengaku perseroan saat ini tengah melakukan studi kelayakan untuk pembangunan pabrik smelter di Halmahera, Maluku Utara, senilai US$4 miliar atau setara Rp35,09 triliun.

Menurut Alwin, untuk merealisasikan aksi korporasi itu perseroan akan menggandeng perusahaan tambang asal Prancis, yakni Eramet SA. "Dalam proyek itu, Antam hanya menjadi pemilik minoritas saham, sedangkan kepemilikan mayoritas saham dikuasai Eramet yang mencapai 90 persen," kata dia.

Adapun, kapasitas pabrik pengolahan tersebut mencapai 27.000 ton nikel per tahun. Pabrik patungan tersebut dapat beroperasi secara komersial pada 2014.

Sementara itu, total nilai investasi untuk membangun smelter maupun infrastruktur lain yang menunjang diperkirakan mencapai US$3–4 miliar. Sebab, Alwin mengaku hingga 2014, perusahaan pelat merah ini menargetkan pembangunan lima pabrik pengolahan.

Menurutnya, saat ini, terdapat tiga proyek smelter yang skema pengerjaannya sudah ada. Pertama, smelter bauksit menjadi chemical grade alumina di Tayan, Kalimantan Barat, berkapasitas 300 ribu ton per tahun senilai US$400 juta yang digarap bersama Showa Denko dan Marubeni Corporation, Jepang.

Kedua, proyek pengolahan bauksit menjadi smelter grade alumina berkapasitas satu juta metrik ton per tahun senilai US$1 miliar. Proyek kedua ini berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat, bekerja sama dengan Hangzhou Jinjiang Group asal China.

Ketiga, proyek pengolahan bijih besi spons di Batu Licin, Kalimantan Selatan, senilai US$130 juta. Pembangunan pabrik berkapasitas 315 ribu ton per tahun ini bekerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk dan Pemprov Kalimantan.

Sementara itu, lanjut Alwin, satu pabrik pengolahan bijih besi nikel di Mandiodo, Sulawesi Tenggara juga masuk dalam rencana lima tahun perseroan. Rencananya, pabrik smelter di Mandiodo memiliki kapasitasnya mencapai 120 ribu ton per tahun. Proyek senilai US$140 juta itu diharapkan rampung pada tiga tahun mendatang.

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts