Bakrie Mikrofinance Naikkan Penyaluran Dana
VIVAnews - Bakrie Mikrofinance Indonesia (BMF) akan meningkatkan program penyaluran dana pada nasabah. Walaupun kini telah berhasil menyalurkan pinjaman ke lebih dari 4.000 nasabah pada periode November 2010- Februari 2011.
"BMF akan melengkapi program-program sejenis yang telah diprakarsai pemerintah, semisal Kredit Usaha Rakyat (KUR)," kata Irawan Massie, Direktur Utama BMF, Senin 28 Maret 2011.
Untuk dapat merealisasikannya, pada tahap awal, BMF mengalokasikan modal sebesar Rp100 miliar per tahun dimulai pada tahun ini. Diharapkan, dalam jangka panjang terjadi pertumbuhan yang konsisten dalam lima tahun yang diperkirakan lebih dari Rp500 miliar.
Besaran modal yang dipinjamkan oleh BMF sebesar US$100 atau sekitar Rp1 juta per orang. Pinjaman ini diberikan tanpa jaminan atau tanpa agunan dengan angsuran sangat ringan, sekitar Rp25 ribu per minggu.
BMF pun memfokuskan pemberian modal pada para ibu dan kaum perempuan yang memiliki latar belakang usaha yang beragam, mulai dari tukang baso, tukang sayur-mayur, penjual tempe, penjaja gado-gado, hingga mereka yang baru memulai usaha. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari usaha benar-benar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, terutama pendidikan anak-anak. Kaum hawa juga dinilai pandai mengatur keuangan dan umumnya memiliki tanggungjawab besar untuk mengembalikan.
Irawan menjelaskan, agar sesuai sasaran, BMF meminta komitmen penerima kredit untuk tidak menggunakan pinjaman ini untuk keperluan konsumtif. Modal dan hasil usaha hanya boleh digunakan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan keluarga, serta pendidikan anak-anak mereka. "Itulah keunggulan kredit yang disalurkan BMF," ujarnya.
Kelebihan lainnya, ketika dana berhasil dikembalikan oleh seorang peminjam, maka dana tersebut akan disalurkan kembali kepada keluarga lainnya. Namun, jika nasabah tersebut masih memerlukan pinjaman dan membuktikan mampu mengembalikan dan menggunakan uang dengan tertib, mereka boleh mendapat peningkatan pinjaman sebesar 20 persen.
Irawan mengakui, di samping permodalan, masyarakat miskin juga sangat butuh diedukasi. Karena itu BMF tidak sekadar memberikan bantuan modal, namun juga akan melakukan bimbingan usaha dan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan perempuan. "Tak hanya edukasi soal keuangan, tapi juga aspek kehidupan lainnya seperti keterampilan, kesehatan dan lain," ditambahkannya.
Sementara itu, Aburizal Bakrie mengatakan bahwa semangat wirausaha bukan cuma milik golongan pengusaha besar, menengah ataupun kecil, tetapi juga milik rakyat kebanyakan. Manakala diberi kesempatan, lapisan masyarakat miskin sekalipun diyakini mampu menghasilkan bisnis menguntungkan, meski dalam skala jauh lebih kecil. Kesempatan tersebut berupa pemberian akses kredit mikro yang mudah dan ringan, serta program-program bimbingan. Hal inilah yang melatarbelakangi pendirian lembaga kredit mikro BMF.
Tokoh yang akrab dipanggil Ical ini menilai, keterbatasan rakyat mengakses permodalan menjadi persoalan tersendiri. Padahal, rakyat miskin memiliki potensi berwirausaha yang tidak dapat diabaikan. "Kehadiran BMF diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan ini," ujarnya.
Namun, Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menggariskan, BMF bukanlah unit bisnis baru. BMF adalah sebuah program kemanusiaan untuk menyalurkan kredit tanpa agunan kepada masyarakat miskin atau pra-sejahtera. Dengan mengadopsi konsep dan falsafah Grameen Bank, sebuah lembaga keuangan mikro yang didirikan oleh peraih Nobel, Muhammad Yunus di Bangladesh, BMF memiliki misi membantu pendanaan untuk usaha masyarakat bawah.
"BMF didirikan semata-mata demi membantu masyarakat. Karena itu, keuntungannya tidak akan dinikmati perusahaan, melainkan diputar di masyarakat untuk memberdayakan mereka," ujarnya.
Aburizal Bakrie juga melihat bahwa langkah-langakh pemerintah belum maksimal karenanya dibutuhkan peran serta masyarakat, terlebih lagi peran swasta dan lembaga microfinance. "BMF memandang lembaga microfinance seperti ini sebagai mitra yang akan mempercepat pemberdayaan masyarakat. Jika masyarakat diberdayakan, kesejahteraan bangsa akan segera diraih," ujarnya.
Berdasarkan catatan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 35 juta jiwa. Sementara, data Bank Dunia menyebut angka 100 juta jiwa. Angkanya memang berbeda, namun pesannya sama, bahwa masyarakat miskin di Indonesia masih banyak. "Kemiskinan inilah yang harus sama-sama dipangkas oleh seluruh komponen bangsa. Dan BMF menjadi bagian dari komponen bangsa yang," ujar mantan Menkokesra ini.