RI Diminta Tak Remehkan Krisis Pangan Dunia

VIVAnews - Indonesia tidak boleh pandang enteng atas melambungnya harga pangan dunia. Saat sejumlah negara menghadapi krisis sumber dan harga pangan, kalangan ekonom meminta pemerintah Indonesia jangan sampai tergantung pada impor bahan pangan dan fokus pada peningkatan produksi domestik.
"Indonesia, selain pengekspor komoditi, juga merupakan salah satu konsumen terbesar. Kita akan terkena dampak karena ini terjadi secara global," kata Destri Damayanti, ekonom PT Mandiri Sekuritas, ketika dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Januari 2011.
Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah mewanti-wanti mengenai lonjakan harga pangan di tingkat global sejak akhir 2011. Ini ditandai dengan Indeks Harga Pangan FAO pada Desember 2010, yang mencapai rekor tertinggi.
Indeks itu menghitung perubahan harga kumpulan bahan pangan seperti sereal, bijih minyak, susu, daging, dan gula, yang rata-rata mencapai 214,7 pada Desember 2010. Sedangkan rekor Juni 2008 hanya di level 213,5. Kenaikan harga pangan itu melebihi yang terjadi pada 2008, ketika lonjakan harga menyebabkan kerusuhan di sejumlah negara.
Pemerintah, lanjut dia, harus mengambil langkah konkret untuk jangka menengah. "Keputusan pemerintah untuk mempermudah Bulog melakukan intervensi pasar baik tapi ini hanya untuk jangka pendek," jelas Destri.
Dia mengkritik kebijakan pemerintah untuk menambah impor beras dan gula. "Ini hanya langkah sementara, Indonesia biasanya mengimpor beras dan gula dari Vietnam dan Thailand, tapi dua negara ini akan menahan ekpor mereka untuk melindungi kebutuhan domestik," jelas Destri.
Menurut dia, pemerintah harus mulai fokus pada pertanian. "Faktor pangan masuk dalam perhitungan inflasi di Indonesia, karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat," kata dia. Tingkat inflasi Indonesia sepanjang 2010 mencapai 6,96 persen dimana inflasi bahan makanan menyumbang 15,4 persen.
Hal yang sama juga disampaikan oleh ekonom PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih. "Pemerintah harus kreatif untuk mengantisipasi hal ini," kata dia. Lana mengatakan curah hujan tinggi di Indonesia beberapa bulan lalu telah menyebabkan produksi pangan Indonesia tidak mencapai target.
"Pertumbuhan ekonomi yang meningkat juga berbarengan dengan tingkat permintaan pangan yang tinggi pula, ini harus diantisipasi," lanjut Lana dia.
Selain intervensi harga di pasar, pemerintah memperhatikan kondisi cuaca dan tanaman yang ditanam oleh petani. "Kalau lagi musim hujan, pemerintah bisa menganjurkan petani untuk menanam selain cabe," kata Lana.