IHSG Terpuruk, Apa Kata Menteri Keuangan
VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terpuruk pada perdagangan hari ini diduga karena investor menyoroti inflasi 2010 yang lebih tinggi dari target.
Berdasarkan data transaksi di BEI hingga pukul 14.30 WIB, IHSG terpangkas 3,59 persen atau 130 poin ke kisaran 3.501. Bahkan selama perdagangan, IHSG sempat menyentuh level terendah 3.449,58.
"Mungkin ada (investor) yang menyoroti masalah inflasi, kekhawatiran atas inflasi," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di sela Rapat Kerja Tentang Pelaksanaan Program Pembangunan 2011 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin 10 Januari 2011.
Menurut Agus, penurunan IHSG merupakan efek sementara yang akan segera berakhir. Menkeu meyakini, masih banyak investor yang bisa melihat sisi lain dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2010.
Dia juga meyakinkan investor bahwa pemerintah akan berupaya menekan inflasi pada 2011 sesuai target pemerintah sebesar 5,3 persen. Untuk mencapai target itu, pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin menjaga administrative price, volatile foods, serta mengajak Bank Indonesia menjaga inflasi inti.
"Kalau kemarin, pelaku pasar mungkin menduga bahwa potensi inflasi agak cukup tinggi di Indonesia. Tetapi, kalau melihat inflasi inti sebenarnya masih di level 4,2 persen," tuturnya.
Pemerintah juga mengajak investor memperhatikan keputusan BI yang tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6,5 persen. Keputusan ini menunjukkan BI masih memperhatikan inflasi inti yang berada pada level yang bisa dijaga.
Agus membantah jika penurunan IHSG erat kaitannya dengan pembalikan dana investor asing. Dia mengaku belum mengetahui adanya aliran dana asing yang keluar sekitar Rp1,5 triliun.
Untuk memperoleh informasi yang benar, Agus akan menunggu laporan resmi terkait perkembangan IHSG selama beberapa hari terakhir. "Saya belum dapat laporannya, kan barusan di sini satu hari. Nanti, kalau sudah ada laporannya, akan saya bisa update," katanya.
Saatnya Berinvestasi
Terpuruknya bursa saham Indonesia sudah terjadi sejak transaksi akhir pekan lalu. Pada Jumat, 7 Januari 2011, IHSG juga anjlok 104,8 poin atau 2,81 persen ke level 3.631. Level indeks bursa saham tersebut sama seperti posisi pada awal November 2010.
Senior Investment Manager First State Investments Indonesia, Ni Made Muliartini, mengatakan, penurunan IHSG tersebut hanya merupakan alasan untuk mengambil keuntungan dari pasar.
"Secara fundamental, tidak ada perubahan pada perekonomian Indonesia. Memang inflasi mulai merambat naik, tetapi diperkirakan tidak mengkhawatirkan," kata Made dalam analisisnya di Jakarta.
Menurut dia, kekhawatiran terhadap tingkat inflasi menyebabkan penurunan pasar saham. Tingkat inflasi pada Desember 2010 melebihi konsensus pasar.
Selain itu, dia menjelaskan, pelemahan indeks karena adanya pengalihan dana ke pasar Amerika Serikat (AS). Hal itu disebabkan oleh kondisi di AS yang sedang mengalami pemulihan.
Para investor, yang sudah mendapatkan keuntungan besar dari emerging market, kembali mengalihkan dananya ke AS dan pasar lainnya. Faktor lainnya adalah adanya demanding valuation atas pasar saham Indonesia.
"Setelah naik 46 persen pada 2010, PER (price to earning ratio) 2011 menjadi 15,5 kali. Sebagian investor melihat ini sebagai demanding valuation," ujarnya.
Dia berpendapat, pemulihan ekonomi AS akan memakan waktu lebih lama karena masih ada masalah inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi di AS. Koreksi pasar yang terjadi hari ini di pasar saham dan obligasi memberi kesempatan bagi pemodal untuk melakukan konsolidasi.
"Jangan terlalu khawatir akan penurunan yang terjadi. Sekaranglah saatnya berinvestasi," ujar Made.
Sementara itu, pengamat pasar modal Deni Hamzah mengatakan, sepertinya investor asing melakukan reposisi portofolio, sehingga IHSG terkoreksi.
"Mereka melakukan penjualan besar-besaran pada saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar besar, sehingga mengguncang bursa dan berpengaruh kepada saham lapis kedua dan lainnya," ujar Deni kepada VIVAnews.com.
Deni menjelaskan, saham-saham yang dilepas di antaranya Grup Astra, perbankan, dan pertambangan.
Data transaksi di BEI hingga pukul 14.44 WIB menunjukkan harga beberapa saham yang anjlok. Saham PT Astra International Tbk (ASII) terpangkas Rp1.000 (2,04 persen) ke level Rp48.000, PT United Tractors Tbk (UNTR) terkoreksi Rp1.250 (5,08 persen) menjadi Rp23.350, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) anjlok Rp3.150 (8,07 persen) ke posisi Rp35.900.
Dia menjelaskan, sebagian investor asing selanjutnya mulai mengambil saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor perbankan, pertambangan, dan infrastruktur. "Mereka sepertinya memanfaatkan momentum pembelian saham BUMN untuk antisipasi pembagian dividen," katanya.