Bank Dunia: Waspadai Krisis Pangan Tahun Ini

VIVAnews - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global akan melambat dari 3,9 persen pada 2010 menjadi 3,3 persen tahun ini. Namun, PDB kembali meningkat menjadi 3,6 persen pada 2012.
Meski melambat, perekonomian dunia beralih dari fase pemulihan paska krisis menuju pertumbuhan yang kuat.
Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia, Hans Timmer, menjelaskan, lebih dari separuh pertumbuhan global berasal dari negara berkembang. Pertumbuhan negara berkembang akan terus melampaui negara-negara berpenghasilan tinggi yang diperkirakan tumbuh 2,3 persen pada 2011.
Negara-negara berkembang diharapkan tumbuh tujuh persen pada tahun lalu. "Selanjutnya enam persen di 2011, dan 6,2 persen selama 2012," Hans dalam video conference Prospek Ekonomi Global 2011 di Jakarta, Kamis 13 Januari 2011.
Hans menjelaskan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang melampaui negara berpenghasilan tinggi yang diperkirakan tumbuh 2,8 persen di 2010. Selanjutnya, pertumbuhan di negara penghasilan tinggi itu akan mencapai 2,3 persen pada 2011 dan 2,7 persen selama 2012.
Menurut Hans, arus modal ke negara-negara berkembang meningkat tajam pada 2010 yaitu sebesar 42 dan 30 persen. Investasi asing yang sempat mengalami penurunan 40 persen pada 2009 meningkat 15 persen pada 2010 atau mencapai US$410 miliar.
"Peningkatan dari arus modal internasional memperkuat pemulihan di
kebanyakan negara berkembang. Namun, arus yang berlebihan
berisiko dan mengancam jika nilai mata uang meningkat tiba-tiba atau
penggelembungan aset muncul," ucap Hans.
Yang patut diwaspadai, menurut Hans, adalah krisis pangan dunia yang
terus berlanjut pada 2011. Krisis pangan ini mirip seperti kondisi pada 2008, namun dengan stok pangan yang lebih baik dibanding saat itu.
Harga pangan yang relatif tinggi ini memiliki dampak yang beragam pada setiap negara.
Bank Dunia memprediksi peningkatan harga makanan pokok yang mencapai dua digit pada beberapa bulan terakhir lebih menekan rumah tangga berpenghasilan rendah yang dibebani dengan kemiskinan dan malnutrisi.
Meningkatnya harga komoditas ini didorong oleh pulihnya perekonomian dunia dan depresiasi nilai tukar dolar AS. "Dampaknya ke komoditas, seperti harga minyak dunia yang meningkat," katanya.