Minyak Mentah US$100, Pertamax Bisa Rp8.900
VIVAnews - Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto mengkhawatirkan larangan penggunaan bahan bakar Premium akan berdampak buruk bagi masyarakat. Pasalnya, harga minyak mentah dunia terus melonjak naik mendekati US$100 per barel.
Pri Agung yang juga direktur ReforMiner Institute mengatakan bahwa, saat harga minyak mentah dunia rata-rata US$83 per barel, harga Pertamax di Jakarta Rp7.050 per liter. "Kalau harga minyak US$100, harga Pertamax bisa Rp8.900," kata dia melalui sambungan telepon dengan VIVAnews.com, Senin 27 Desember 2010.
"Artinya, pengendara mobil pribadi yang bisa menggunakan Premium seharga Rp4.500 harus pindah ke Pertamax yang harganya Rp8.900. Ini sangat menyulitkan."
Padahal, Pri Agung melanjutkan, kemungkinan harga minyak mentah menyentuh US$100 sangat besar. "Bila kondisiya tetap seperti ini, harga US$100 bisa tembus awal tahun depan," katanya.
Menurut Pri Agung, lamanya musim dingin di sejumlah belahan dunia telah memicu naiknya harga minyak. Selain itu OPEC juta tetap kukuh tidak mau menambah produksi. "Sehingga fluktuasi harga minyak mentah bisa menembus US$100," katanya.
Seperti dikutip The Sun, harga minyak mentah di New York telah meningkat 20 persen sejak akhir September, dan menetap di atas US$91 pada akhir pekan lalu. Ini merupakan harga tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Di London, kontrak berjangka minyak mentah Brent telah diperdagangkan US$94,74 per barel pada Jumat lalu. Brent merupakan benchmark dua pertiga dari seluruh perdagangan minyak global.
Terakhir kali minyak mentah diperdagangkan di atas US$ 100 per barel pada Oktober 2008, karena jatuh dari rekor tertinggi US$147 per barel pada Juli. Lalu, pada Desember tahun itu, minyak diperdagangkan di bawah US$40 per barel.
Sejumlah perusahaan-perusahaan besar dunia, seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, JPMorgan Chase & Co, dan Bank of America Merrill Lynch, memprediksi minyak mentah bakal menembus US$100 per barel pada tahun depan. (hs)