Dana Asing Anjlok Rp13,7 Triliun Sebulan
VIVAnews - Aliran dana asing ke luar negeri (capital outflow) mencapai Rp13,7 triliun selama November 2010. Penurunan itu dikarenakan sentimen negatif dari para investor yang dipicu oleh kekhawatiran terhadap krisis di Irlandia, rumor kenaikan suku bunga Cina dan kondisi politik Korea.
Menurut Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah, aliran keluar dana asing itu juga dipengaruhi oleh tindakan penyesuaian posisi portofolio menjelang akhir tahun oleh investor asing.
"Minat investor asing terhadap seluruh aset keuangan domestik mengalami penurunan," ujar dia kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu, 1 Desember 2010.
Penurunan terjadi paling banyak pada istrumen SBI, mencapai Rp 11,18 triliun. Menurut Difi, selain akibat sentimen global, hal itu disebabkan oleh keterbatasan pasokan SBI di pasar sekunder. Porsi kepemilikan asing di surat berharga negara turun dari 29,5 persen menjadi 29,2 persen dan SBI turun dari 30 persen menjadi 28,8 persen.
Posisi SBI akhir November sebesar Rp61,46 triliun. Sementara SUN mengalami penurunan Rp57 miliar, menjadi Rp 191,42 triliun.
Penurunan minat investor asing menyebabkan volume transaksi harian SBI dipasar sekunder mengalami penurunan. Volume rata-rata harian volume (rrh) SBI di pasar sekunder pada minggu terakhir November Rp6 miliar (minggu sebelumnya Rp1 triliun).
Chief Economist Danareksa Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, menjelaskan bahwa penurunan itu berkaitan dengan upaya investor asing mencari negara-negara yang memiliki resiko kecil terkait krisis utang di Eropa. "Ini menyebabkan mereka keluar semnetara dari emerging market, termasuk Indonesia."
Namun, dia menilai, jika penurunan terbesar dana investor asing terjadi pada SBI hal itu merupakan sesuatu yang baik. Sebab, instrumen SBI sebenarnya digunakan oleh bank sentral untuk menyerap kelebihan likuiditas di dalam negeri. "Kita kan khawatir hot money terus masuk. Nah kalau asing keluar dari SBI itu kan bagus."