2011, Indonesia Bakal Sulit Impor Beras
VIVAnews - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Indonesia bakal kesulitan mengimpor beras pada tahun 2011. Pasalnya negara produsen beras mulai membatasi ekspor.
"Saya baru saja pulang dari Hanoi, mereka melakukan pengetatan ekspor beras," kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Kantor Pusat Badan Pemerika Keuangan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu, 29 Desember 2010.
Menurut Rusman, Vietnam dan Thailand kemungkinan bakal mengerem ekspor beras pada tahun depan. Langkah itu dampak dari anomali cuaca dan kebijakan untuk memperkuat cadangan sendiri.
BPS mengatakan satu-satunya upaya mengatasi sulitnya impor beras hanya dengan meningkatkan produksi padi nasional. "Perlu ada jalur khusus untuk tingkatkan produksi," kata Rusman.
BPS mengaku memberikan perhatian penuh pada dampak komoditas beras terhadap inflasi. Sebab beras, satu-satunya komoditas yang diburu masyarakat, kendati harga tengah melonjak.
Pada bagian lain, Rusman juga memberikan perhatian pada kenaikan harga minyak mentah dunia. BPS berharap pemerintah tidak memberikan reaksi berlebihan terhadap kenaikan minyak dan cukup mengikuti perkembangan.
Pemerintah, dia melanjutkan, harus memikirkan persoalan kenaikan harga minyak mentah terhadap kapasitas fiskal. "Apakah mampu untuk membiayai subsidi," katanya.
Kalaupun pemerintah memutuskan tetap mempertahankan harga bahan bakar minyak, BPS berharap langkah itu diikuti dengan pendalaman kapasitas fiskal Indonesia.
"Sepanjang tahun ini minyak berkisar US$70-80 per barel, kalau masih US$90 per barel itu batas psikologis aman. Kalau tembus US$100 per barel harus dicari opsi lain dan tidak selalu menaikkan harga BBM," kata Rusman. (hs)