MS Hidayat Kecewa Ekspor Indonesia

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Rabu, 01 Februari 2012

MS Hidayat Kecewa Ekspor Indonesia

VIVAnews - Menteri Perindustrian, MS. Hidayat, tidak puas dengan kualitas kinerja ekspor Indonesia yang masih saat ini masih didominasi oleh bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah.

Hidayat mengatakan, China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, ekspor masih didominasi oleh batu bara dan CPO. "Ekspor total mesti kita lihat kualitasnya juga," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 1 Februari 2012.

Dia menegaskan, Indonesia tidak boleh berpuas diri dulu dengan kinerja ekspor. Pasalnya hal itu masih jauh dari hasil memuaskan. "Kalau mayoritas ekspor bahan mentah jangan happy dulu," tuturnya.

Perubahan kualitas ekspor inilah saat ini tengah digenjot pemerintah. Pemerintah kini menggalakkan program hilirisasi industri. "Kinerja perindustrian harus mengubah itu tahap demi tahap menjadi barang jadi," katanya.

Hidayat menambahkan, saat ini program hilirisasi tengah dijalankan untuk sektor agro terlebih dahulu. Dan program ini akan terus meluas seiring berjalannya waktu. Sementara sektor mineral akan dilakukan pada 2014.

BPS mencatat ekspor Indonesia pada Desember 2011 menurun akibat perekonomian dunia yang tengah dilanda krisis global. Meski begitu, Indonesia mencatat realisasi ekspor sepanjang 2011 sebesar US$203,62 miliar, atau melampui target pemerintah sebesar US$200 miliar.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala BPS, Suryamin, ekspor 2011 meningkat sebesar 29,05 persen secara year on year dibanding 2010. Namun, dibanding November 2011, ekspor Desember 2011 turun sebesar 0,22 persen. "Ini terjadi karena permintaan ekspor non migas turun sebesar 0,85 persen," ujar Suryamin saat jumpa pers di kantornya hari ini.

Berdasarkan data BPS, ekspor non migas Desember 2011 turun sebesar 0,85 persen dibanding November yaitu mencapai US$13,60 miliar. Penurunan ekspor terjadi pada lemak dan minyak hewan sebesar US$489,9 juta, sedangkan peningkatan terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam senilai US$136,3 juta.

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts