Mendag Akui Bawang Impor Banjiri Pasar RI

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Jumat, 03 Februari 2012

Mendag Akui Bawang Impor Banjiri Pasar RI

VIVAnews - Kementerian Perdagangan mengungkapkan bahwa impor bawang merah dan bawang putih masih mendominasi, ketimbang produk lokal di Indonesia.

"Ya, kita harus sikapi. Namun, kalau bawang merah informasinya agak simpang siur tapi kita mulai mengumpulkan data-data. Kalau kita nggak perlu impor, ya tidak perlu impor," kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat 3 Februari 2012.

Gita menuturkan, pihaknya sudah melakukan inspeksi ke Papua di pasar Hamadi dan pasar Skouw bahwa di sana bawang merah masih berasal dari dalam negeri tapi ada bawang putih hasil impor meski masih sedikit.

"Pada umumnya seperti kentang, daging, wortel yang sebelum-sebelumnya itu ada klaim impor itu tidak ada. Alhamdulillah, harga masih stabil kecuali ikan. Harganya di Papua sedikit meningkat, karena ombak sering kali terdistorsi, dan tidak diantisipasi akhir-akhir ini," ujarnya.

Sedangkan bawang putih, Gita mengaku bahwa impor masih cukup banyak dibanding produksi lokal. Untuk itu, pihaknya akan meningkatkan produksi dalam negeri dengan melakukan pembangunan pasar-pasar tradisional.

"Sebagai contoh, kita gunakan parameter untuk mengukur konten domestik. Kita akan berlakukan minimum 95 persen dari produk-produk yang dijual itu harus dalam negeri," kata dia.

Dengan begitu, tambah Gita, secara langsung maupun tidak langsung akan membuahkan semangat-semangat untuk meningkatkan produksi dalam negeri.

"Tentu, dengan pasar-pasar yang kita resmikan ini akan memperkuat konektivitas antara penjual dan pembeli, dan itu akan melibatkan kapasitas dan prasarana juga untuk komoditas  yang bisa diproduksi dalam negeri," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, saat ini, di beberapa sentra produksi bawang merah seperti di Brebes Jawa Tengah dan Nganjuk Jawa Timur sedang terjadi panen raya.

Harga bawang di tingkat petani hanya berkisar Rp2.500 - Rp3.000 per kilogram. Harga ini terjun bebas dibandingkan akhir tahun lalu seharga Rp9.000 - Rp10.000 per kg, yang merupakan harga terbaik. Dengan kondisi ini, petani mengalami kerugian rata-rata Rp20 juta per hektare.

Sebelumnya, para petani sudah menempuh berbagai langkah berupa aksi unjuk rasa menuntut Bupati setempat agar mengeluarkan Perbup yang melarang masuknya bawang impor.

Selain itu, pada Desember lalu, terjadi kesepakatan antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan agar rekomendasi impor bawang merah, apabila diperlukan, harus dikeluarkan oleh Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas). (umi)

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts