Kontraktor Migas Siap Pasok Gas Konversi BBM

VIVAnews - Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di wilayah Jawa-Bali menyatakan siap untuk memasok gas dalam rangka mendukung program konversi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan
bakar gas (BBG). KKKS tersebut antara lain Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, PHE WMO, Pertamina EP dan Santos.
Presiden Direktur PHE, Salis Aprilian, menjelaskan produksi gas eksisting PHE West Madura Offshore telah terserap habis untuk PLN, Pupuk Kujang, PGN dan PT GM. "Ada beberapa sumur eksplorasi kemungkinan bisa untuk memenuhi kebutuhan ke depan," kata Salis dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, 2 Januari 2012.
Ia menjelaskan PHE WMO dan BP Migas telah menyetujui alokasi gas untuk kebutuhan konversi BBM ke BBG sebesar 6 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). "Namun harga gas harus mengacu kepada keekonomian pengembangan lapangan baru diatas US$7 per mmbtu," kata Salis.
Sedangkan untuk PHE Offshore North West Java (ONWJ), lanjutnya, pasokan gas eksiting telah habis untuk PLN, PKC dan Refinery Unit VI Balongan. Walaupun begitu, PHE ONWJ telah berkomitmen untuk menyediakan gas sebesar 3 MMSCFD dalam rangka program konversi BBM.
"Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan seperti harga gas mengacu kepada keekonomian, lokasi titik serah terima gas berikut fasilitas, syarat-syarat perjanjian jual beli gas sperti jaminan pembayaran atau SBLC jika diperlukan," kata Salis.
Titik serah terima gas yang mengalir dari WMO berada di Gresik sedangkan untuk ONWJ ada titik serah gas antara lain Tanjung Priok, Muara Karang dan Cilamaya. Untuk waktunya sendiri, Salis menyatakan
untuk saat ini telah siap untuk dialirkan.
Pasokan BBG
Sementara itu, Presiden Direktur Pertamina EP Syamsul Alam menyatakan Pertamina EP telah menyalurkan gas untuk BBG sejak 2001 melalui PGN sebesar 2,8 MMBTUD untuk didistribusikan di wilayah Jabodetabek.
Sedangkan untuk program konversi BBM 2012 ini, Pertamina EP akan memasok gas untuk BBG sebanyak 5,1 MMSCFD.
"Pasokan itu berasal dari lapangan Tambun sebesar 4 MMSCFD dan 1,1 MMSCFD dari lapangan Cikarang. PJBGnya telah selesai dengan harga US$4,37 per MMBTU. Pertamina EP siap dan komitmen untuk membantu
program ini," katanya.
Ia menjelaskan gas dari Pertamina EP saat ini telah siap dialirkan, rencananya gas dari Pertamina EP ini akan dialokasikan untuk stasiun mother daughter yang sedang dibangun oleh Pertamina dan diperkirakan selesai pada Juli 2012.
Presiden Direktur dan General Manager Santos Indonesia Marolijn Wajong menjelaskan saat ini Santos beroperasi di tiga lapangan, antara lain lapangan Maleo yang memproduksi 100 BBTUD yang dialokasikan untuk PGN dan Industri. Kedua dari Lapangan Oyong dengan produksi 40 BBTUD dan dialokasikan untuk Indonesia Power.
Sedangkan ketiga berasal dari lapangan Wortel dengan kapasitas produksi sebesar 50 BBTUD untuk Indonesia Power, BUMD Sampang dan BUMD Pasuruan. Santos masih mempunyai satu lapangan baru bernama lapangan Peluang yang akan mulai berproduksi kuartal III-2013 dengan perkiraan total produksi 25-30 BBTUD.
Saat ini Santos sedang berdiskusi dengan BP Migas, dan kemungkinan besar Santos akan mengalokasikan sekitar 5 MMSCFD berasal dari lapangan Peluang. "Lagi diskusi dengan BP Migas belum ada
keputusan. Kalau gas diinginkan sekarang maka akan mengambil dari gas eksisting dan itu dapat mengganggu kontrak yang telah ada, baik untuk Indonesia Power maupun PGN," katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden Eksplorasi CNOOC SES Ltd, Perkasa Sinagabariang mengatakan semua cadangan gas CNOOC saat ini dialokasikan seluruhnya untuk PLN sebesar 80 MMBTUD sedangkan sisanya untuk generator untuk digunakan sendiri. "Kita sudah bertemu dengan BP Migas dan dirjen Migas, sudah tidak ada lagi cadangan untuk program konversi BBM ini," katanya. (ren)