Proyek Triliunan Wika di Timteng dan Afrika
VIVAnews - Perusahaan konstruksi milik pemerintah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tengah fokus mengincar proyek-proyek infrastruktur bernilai triliunan rupiah di kawasan Afrika dan Timur Tengah.
Salah satu proyek prestisius yang dikejar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini adalah pembangunan stadion yang akan digunakan Qatar dalam perhelatan Piala Dunia pada 2022. Potensi awal dari proyek ini diperkirakan mencapai 10 miliar Qatar Real atau setara Rp25 triliun.
General Manager Divisi Luar Negeri, Wijaya Karya, Destiawan, mengatakan saat ini proyek pembangunan stadion Piala Dunia 2022 tersebut baru pada tahap penawaran. Pemerintah Qatar belum menggelar proses tender untuk proyek tersebut.
Proyek lain yang menjadi bidikan Wika pada 2012 adalah kelanjutan pembangunan jalan sepanjang 399 kilometer di Aljazair yang diperkirakan selesai pada 2015-2016. Proyek tersebut merupakan hasil kerja sama dalam bentuk konsorsium dengan perusahaan konstruksi asal Jepang.
"Kalau konsorsium, kontraktor Jepang punya kontrak awal US$5,4 miliar, kira-kira Rp54 triliun. Sementara itu, Wika punya kontrak sampai dengan saat ini US$120-an juta ditambah kontrak tahun ini US$20-an juta," kata Destiawan dalam pesan singkatnya kepada VIVAnews.com di Jakarta.
Destiawan menjelaskan, proyek jalan tersebut akan menghubungkan Maroko dan Tunisia. Dari proyek besar tersebut, konsorsium Jepang mendapat satu paket sepanjang 399 km. "Jepang mendapat proyek dari pemerintah Aljazair, sedangkan Wika dari Jepang," ujar dia.
Dalam catatan Wika, saat ini jalan yang sudah dibuka dan beroperasi sepanjang 200 km. Dari proyek tersebut masih terdapat terowongan yang belum tembus.
Usai meraih kontrak di Aljazair, Wika juga berharap bisa menggelar ekspansi bisnis ke sejumlah proyek infrastruktur di Libya. Di negara yang baru terbebas dari cengkeraman Moammar Qadafi ini, Wika telah memiliki proyek pembangunan mal yang akan ditangani oleh anak usahanya, Wika Gedung.
"Kementerian Luar Negeri masih mempelajari untuk membuka kembali, kalau masih konflik, kami menunggu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)," kata dia.
Di Saudi Arabia dan Kuwait, Wika berencana untuk memfokuskan pada pembangunan sektor infrastruktur yang memang sudah menjadi pengalaman Wika di negara lain seperti Afrika dan Timur Tengah.
"Kuwait tengah getol menggarap jembatan, tahun ini kami akan intensif. Tahun lalu itu kan ribut dengan konflik. Kalau stabil kami akan masuk ke sana," kata dia.
Destiawan menjelaskan, keputusan Wika untuk mencari proyek-proyek infrastruktur di Afrika dan Timur Tengah tak terlepas dari posisi perusahaan yang tengah menggarap proyek di Aljazair.
Proyek di Asia
Tak hanya di Timur Tengah dan Afrika, perusahaan konstruksi yang mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah ini juga tengah menggarap proyek pembangunan jalan bebas hambatan di Timor Leste. Jalan tol sepanjang 100 km itu direncanakan mulai dibangun pada 2012, sebagian sudah memasuki proses tender.
"Wika yang jembatan sudah, jalan belum diputuskan. Tapi akan ikut," ujarnya.
Untuk proyek di ASEAN, Wika menargetkan bisa mempenetrasi pasar infrastruktur di negara-negara Asia Tenggara itu. Namun, perseroan memastikan upaya penetrasi ditempuh dengan tetap memperhatikan pada negara-negara dengan tingkat kompetisi yang tidak terlalu ketat.
Dia mencontohkan, Wika tengah menjajaki proyek ke Vietnam dan bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk bisa masuk ke beberapa negara ASEAN lainnya. Namun, menurut Destiawan, Wika benar-benar ingin lebih selektif untuk negara-negara di kawasan itu. "Ada potensi yang menjanjikan dan bagus, kami akan ke sana," kata dia. (art)