Menteri Hatta: Pasar Bebas Genjot Ekspor RI
VIVAnews - Tak selamanya konsep area perdagangan bebas selalu merugikan Indonesia. Hal ini terlihat dari mulai surplusnya neraca perdagangan Indonesia atas China. Sebelumnya Indonesia sering mengalami defisit.
"Saya sekarang katakan bahwa kritikan-kritikan free trade telah merugikan kita (Indonesia), pada kenyataannya volume perdagangan justru meningkat," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta.
Hatta menegaskan penting bagi Indonesia tetap menjaga pembangunan kapasitas perdagangan nasional. Sementara itu pemerintah mempersiapkan antisipasi jika suatu saat sektor perdagangan mengalami goncangan hingga kolaps.
Karena itu, menurut Hatta, perlu ada protokol yang mengatur apabila terjadi potensi defisit perdagangan, sehingga memungkinkan pemerintah membuat keseimbangan kembali.
Hatta mengingatkan perlunya perlindungan sektor manufaktur dalam negeri. Sebab, sektor tersebut salah satu yang terpenting bagi perdagangan. "Manufaktur jangan sampai terpukul," katanya.
Hatta turut mengimbau swasta turut meningkatan produksi baja dalam negeri di tengah lesunya kinerja impor. Sebab, baja adalah induk segala industri. "Negara maju itu diukur dari konsumsi baja per kapita. Kalau industri baja tak tersedia, maka industri dan turunannya akan terganggu," katanya, menegaskan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami surplus US$106,9 juta. "Ini surplus pertama kalinya," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Djamal, dalam konferensi pers di kantornya pada Senin.
Djamal mengatakan, ekspor Indonesia ke China sebesar US$2,24 miliar, sedangkan impor Indonesia dari China mencapai US$2,13 miliar. Pada September saja, ekspor-impor Indonesia dengan China masih defisit US$125,4 juta. (ren)