Dahlan Minta BUMN Selami Batin Investor Asing
|
04.00 |
VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan
menyatakan perusahaan BUMN akan mengambil peran untuk menyambut gelombang deras investasi dari Eropa dan Amerika Serikat. Ia meminta perusahaan BUMN untuk sosialisasi dan menyelami suasana kebatinan calon investor asing tersebut.
Menurut Dahlan, di saat swasta "grogi" dan memilih wait and see untuk
berinvestasi di sektor riil, maka BUMN tidak terlalu panik dan harus melakukan investasi.
"Karena kalau BUMN ini kan uangnya negara sedangkan swasta mempertaruhkan uang sendiri, kalau gagal swasta bisa bangkrut, BUMN gagal paling dirutnya dipecat," kata Dahlan sambil tertawa saat Financial Lecturer di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2012.
Dahlan menyatakan, jika semua orang ragu untuk berinvestasi, maka perekonomian nasional bisa tak jalan. Padahal saat ini Indonesia, telah memasuki tingkat layak investasi (investment grade) dan diperkirakan aliran invetasi asing dari luar akan masuk deras ke Indonesia.
Untuk itu, Dahlan berharap, peran BUMN sangat besar untuk menjaga perekonomian tetap berjalan. "BUMN akan mengambil peran untuk menghadang gelombang krisis ekonomi dari Eropa dan Amerika," katanya.
Melihat kondisi itu, Kementerian BUMN telah meminta manajemen perusahaan pelat merah yang memiliki kerjasama dengan investor asing asal Eropa dan Amerika, untuk melakukan sosialisasi dengan mempersiapkan kembali rencana investasinya.
Salah satu BUMN yang diminta sounding adalah PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) III dalam proyek Sei Mangkei. Dalam proyek tersebut,
PTPN III bekerjasama dengan investor Jerman. "Dengan situasi Eropa
saat ini, ada tidak sinyal-sinyal yang kurang menyenangkan,"katanya.
Kementerian BUMN juga meminta kepada manajemen untuk tidak hanya memegang kontrak dan janji-janji investor asing, namun juga, dalam istilah Dahlan, menyelami suasana kebatinan partner calon investor yang telah mengikat janji dengan BUMN.
Langkah itu diharapkan bisa mencegah kemungkinan pembatalan investasi dari pemodal asing akibat kesulitan likuditas menjelang pelaksanaan realisasi investasi. (eh)
