2012, Obligasi Jatuh Tempo Capai Rp117 T
VIVAnews - PT Penilai Harga Efek Indonesia mengungkapkan total obligasi yang bakal jatuh tempo sepanjang tahun ini mencapai Rp117,42 triliun. Dari jumlah itu, surat utang pemerintah masih mendominasi dibandingkan swasta.
Data PHEI menunjukkan, obligasi pemerintah yang jatuh tempo pada tahun ini mencapai Rp91,1 triliun. Sementara itu, utang pihak swasta mencapai Rp26,32 triliun.
Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia, Ignatius Girendroheru, dalam 'Edukasi Pasar Modal' di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2012 menilai, besarnya obligasi jatuh tempo itu akan membuat penerbitan surat utang tahun ini menjadi semarak. "Selain debt switching, juga didorong tingkat suku bunga yang dipertahankan stabil," kata dia.
Menurut Girendroheru, total obligasi pemerintah yang jatuh tempo sebesar Rp27,7 triliun berasal dari seri suku bunga tetap (fixed rate). Sementara itu, dari sektor swasta, total obligasi korporasi serupa bernilai Rp25,6 triliun.
Penerbitan obligasi korporasi, Girendroheru melanjutkan, diperkirakan marak seiring dengan semakin besarnya kebutuhan pendanaan dari sektor swasta, khususnya perbankan dan pembiayaan.
Alasan lain adalah penerbitan obligasi dianggap lebih murah dibandingkan pinjaman perbankan yang memiliki tingkat suku bunga tinggi.
Pada tahun ini, PHEI memperkirakan nilai obligasi korporasi yang diterbitkan lebih tinggi dibandingkan 2011 yang mencapai Rp45,08 triliun. Government bond masih akan dijadikan acuan imbal hasil (yield) obligasi korporasi.
"Government bond masih mendominasi pada 2012. Tapi, adanya investment grade bisa jadi membuat permintaan obligasi korporasi menjadi lebih banyak," kata dia.
Obligasi 2011
PHEI juga mencatat, kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) pada 2011 mencapai 30,80 persen dari nilai SBN yang mencapai Rp723,62 triliun. Asing tercatat memiliki sekitar Rp222,86 triliun SBN, lebih tinggi dibandingkan setahun sebelumnya sebesar Rp195,30 triliun.
Selama tahun lalu, bank masih memegang porsi terbesar untuk kepemilikan SBN dengan total sebesar 36,63 persen atau sekitar Rp265,03 triliun.
Dari obligasi swasta, kepemilikan asing terlihat masih kecil yaitu sebesar Rp9,77 triliun atau sekitar 5,33 persen dari nilai total obligasi korporasi di 2011 yang mencapai Rp183,27 triliun. Kendati minim, kepemilikan asing itu naik dibandingkan 2010 yang mencapai Rp7,37 triliun.
"Untuk obligasi korporasi, kepemilikan terbesar masih didominasi perusahaan asuransi dengan persentase sebesar 21,59 persen atau sekitar Rp39,56 triliun di 2011," kata Girendroheru. (art)