RI Setop Berutang, Kreditur Khawatir
VIVAnews - Kementerian Keuangan mengungkapkan strategi pemerintah yang tak lagi mengandalkan pinjaman utang luar negeri telah membuat para kreditur khawatir. Pemerintah menegaskan, utang Indonesia tahun 2012 akan lebih banyak berasal dari dalam negeri.
Selain itu, pemerintah turut berupaya menggenjot penerimaan agar ke depan tidak lagi berutang.
"Kami memang masih membutuhkan dana luar tapi kami upayakan perekonomian berkelanjutan yang kuat. Sustainable dengan menggenjot penerimaan dan dengan pengeluaran yang produktif," ujar Menteri Keuangan (Menkeu), Agus Martowardojo, saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Jumat, 30 Desember 2011.
Agus mengatakan, pemerintah ke depan akan lebih berupaya meningkatkan penerimaan dengan program penyehatan di Kementerian Keuangan. Untuk itu, Menkeu meminta bantuan masyarakat untuk menyukseskan upaya ini dengan kesadaran membayar pajak.
"Setelah pajak dan bea cukai meningkat, maka utang tidak diperlukan," tuturnya.
Kendati demikian, Agus menegaskan, langkah pemerintah menghentikan utang tak lantas diikuti secara spontan dengan memberhentikan program pinjaman. Utang diakui tetap diperlukan namun dengan mengedepankan pengelolaan yang baik.
Terlebih lagi, Indonesia saat ini sudah masuk dalam peringkat layak investasi (investment grade) yang membuat kreditur menaruh minat tinggi pada negara ini.
"Investment grade akan kami gunakan sebagai refinancing bunga-bunga kita yang dulu mahal. Khusus pinjaman luar negeri, kami meminta pinjaman yang tidak mengikat, tidak ada unsur-unsur politik, sehingga tetap terjaga independensinya," terangnya.
Ditambahkannya, dengan posisi utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang tetap terjaga rendah, hal itu bisa menjadi pilar ketahanan perekonomian nasional.
"Kalau seandainya rasio debt to GDP Indonesia 25 persen, itu termasuk rendah dibandingkan negara-negara yang bermasalah saat ini," jelasnya. (eh)