Mendag: KTT ASEAN Akan Jajaki Pasar Baru
VIVAnews - Menteri Perdagangan, Gita Irawan Wirjawan mengatakan bahwa pada penyelenggaraan KTT ASEAN dan APEC di Bali mendatang, fokus Indonesia pada sektor perdagangan adalah lebih menjajaki pasar baru. Terutama, untuk negara-negara non tradisional.
"Kita akan perdalam dan juga kemungkinan buka daerah baru yang non tradisional," kata Gita, di Ritz Carlton, Jakarta, Senin, 7 November 2011.
Pada KTT itu, lanjut Gita, pemerintah akan memfokuskan diri untuk sektor perdagangan dan investasi. Terutama, yang selama ini sudah menjadi tujuan ekspor akan dipertahankan, juga dengan pasar baru.
Jika dilihat dari data ekspor selama ini, kata dia, lima besar negara tujuan ekspor adalah China, Jepang, Amerika, Korea, Singapura, dan Malaysia. Sementara itu, yang akan datang di KTT APEC dan ASEAN nanti selain negara-negara ASEAN juga akan ada India, Australia, New Zealand, AS, Rusia, Jepang, dan Korea. "Kita akan eksplore ke situ," ungkapnya.
Sedangkan untuk kepentingan ASEAN, Gita menjelaskan, jika dilihat dalam kurun waktu 10-15 tahun terakhir, tren kerja sama negara-negara selatan-selatan meningkat.
"Tren untuk south-south itu termasuk antara lain Indonesia, ASEAN, India dan Indonesia, dan negara selatan itu sudah meningkat dari tujuh persen dari total perdagangan dunia menjadi 18-19 persen dari total perdagangan dunia," kata Gita.
Untuk itu, Gita melanjutkan, tugas Indonesia adalah bisa meningkatkan diri agar aman dari gonjang-ganjing ekonomi yang kemungkinan dan bahkan telah terjadi di tempat lain. "Tentu, kita harus perdalam dengan negara-negara lain," kata dia.
Sementara itu, untuk kerja sama dengan AS, Gita menuturkan, Indonesia sudah diberikan Generalized System of Preferences atau bebas tarif pengiriman barang ekspor oleh AS yang ditandatangi Obama pada 21 Oktober lalu.
"Tentunya, akan meningkatkan ekspor kita ke sana. Tapi yang sudah didiskusikan dan diwacanakan oleh negara maju termasuk AS adalah untuk meningkatkan green growth," kata Gita.
Negara-negara maju, lanjut Gita, menginginkan keringanan pajak dari sisi tarif untuk produk-produk ramah lingkungan. Direncanakan tarif tidak lebih dari sekian persen.
"Tentunya ini masih di-freeze oleh negara-negara berkembang, karena kapasitas produksi negara-negara berkembang yang ramah lingkungan belum sekuat negara-negara maju," kata dia.
"Akan ada pembicaraan-pembicaraan terkait hal itu, bukan hanya dalam konteks ASEAN Summit dan APEC tapi juga dalam forum-forum berikutnya," dia menambahkan.
Output yang diharapkan, Gita menegaskan, bagaimana Indonesia dapat mengeksplorasi pasar-pasar baru karena nanti akan ada delegasi misalnya dari India, Brazil, Korea Selatan dan Australia, untuk bisa meningkatkan perdagangan dengan negara seperti itu.
"Target perdagangan, untuk tahun ini US$200 miliar. Jadi, dijaga saja nilai itu, karena tahun depan nggak gampang. Sebab, ada kekhawatiran yang akan dan sudah mulai terjadi di negara-negara maju," tuturnya.