Kementerian PU: Rumah Tradisional Tahan Gempa

VIVAnews – Kementerian Pekerjaan Umum mendorong untuk mengembangkan desain rumah tradisional yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Staf Ahli Menteri PU Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat, Grahita Sutadi, mengatakan, Kementerian PU akan mendorong semaksimal mungkin pengembangan rumah tradisional yang ada di berbagai wilayah di Indonesia.
“Hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Pemukiman Kementerian PU terhadap berbagai tipe rumah tradisional di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan, jika desain, konstruksi dan bahan bangunan dari berbagai bentuk rumah tradisional di Indonesia tahan terhadap gempa skala lokal, abrasi, dan bahkan tsunami," kata Grahita di Nusa Dua, Bali, Sabtu 12 November 2011.
"Untuk itu, Kementerian PU melalui Bidang Sosbud dan Peran Masyarakat mendorong pemerintah, swasta, dan masyarakat umumnya untuk terus mengembangkan konstruksi rumah tradisional tersebut."
Kementerian PU akan mengembangkan model rancangan konstruksi dengan mempertimbangkan kearifan lokal, pendekatan budaya lokal, arsitektur lokal, dan berbahan baku lokal dengan rekayasa teknologi modern. “Sekalipun bangunannya tradisional, bahan bakunya lokal, tetapi sentuhan teknologinya harus modern,” katanya.
Artinya, rumah tersebut dirancang menjadi rumah yang sehat, layak huni, dan memenuhi kaidah-kaidah budaya dan ekologi setempat. Rekayasa teknologi dan teknik membangun harus mempertimbangkan kondisi geografis dan iklim setempat. Misalnya, musim panas, dingin, angin kencang, gempa atau tsunami. Arsitekturnya lokal, modelnya lokal, tetapi kualitasnya modern, dan tahan lama.
Kepala Badan Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional (BPTPT) Kementerian PU, Iwan Suprijanto, mengatakan, ada sekitar 300-an tipe rumah tradisional di Indonesia yang sudah diteliti. Hasil penelitian menunjukkan, jika ratusan tipe rumah tradisional tersebut terbukti tahan gempa sekaligus bernuansa budaya tradisional dan kearifan lokal setempat.
“Ratusan tipe rumah tradisional tersebut didorong untuk dikembangkan menjadi rumah pemukiman atau rumah penduduk dengan desain modern,” katanya.
Kondisi yang terjadi selama ini, sekuat apa pun bangunan sama sekali belum tentu tahan gempa. Sementara itu, bangunan tradisional sudah terbukti tahan gempa, minimal bisa menyelamatkan penghuni rumahnya sebelum bangunan tersebut rubuh. Pertimbangan lainnya adalah bahan baku lebih hemat, bisa dijangkau oleh semua kalangan.
BPTPT saat ini sedang mengembangkan 11 tipe rumah tradisional yang ada di Bali dan Nusa Tenggara untuk terus disosialisasikan menjadi rumah tinggal atau permukiman. Bahan baku yang dibuat berasal dari bambu. Sentuhan teknologinya adalah proses laminasi. Ternyata, bambu yang dilaminasi dapat diaplikasikan pada hampir seluruh komponen bangunan kecuali bagian atapnya.
“Bambu untuk Indonesia timur mudah didapat, harganya relatif murah. Bahkan, kualitas bambu terbaik di dunia ada di Indonesia timur. Kendalanya adalah masyarakat masih beranggapan jika rumah bambu adalah cermin keterbelakangan secara ekonomi,” katanya.
Hasil penelitian menunjukkan, ada 49 spesies bambu di Indonesia dan Bali. Bahkan, ada beberapa jenis bambu yang belum memiliki nama, tetapi kualitasnya luar biasa untuk bahan bangunan. (Laporan: Bobby Andalan | Bali, art)