Cara Bank Hadapi 2012

VIVAnews - Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja optimitis outlook perbankan di tahun depan masih akan tumbuh ke arah positif.
Hal itu, dipicu pertambahan penduduk kelas menengah, pertumbuhan sektor ritel, dan konsumsi yang masih tinggi, sehingga akan membawa dampak pada naiknya angka pertumbuhan kredit.
Menurutya, kredit di tahun depan masih akan tumbuh di kisaran 25 persen. Sedangkan pertumbuhan kredit year on year di September 2011 berada di kisaran 25,3 persen di angka Rp2,08 triliun.
"Sementara itu, untuk outlook likuiditas cenderung ketat. Terutama, di bank-bank yang memiliki LDR tinggi. Tentunya, dengan adanya krisis global, diperkiraan likuiditas valas akan ketat," kata dia, saat memberikan paparannya mengenai ekonomi outlook 2012, di Hotel Le Meredien, Jakarta, Rabu 23 November 2011.
Sedangkan terkait nilai tukar rupiah, Jahya mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih tergantung pada pergeseran negera maju tersebut, bisa pulih dari ancaman krisis.
"Kalau untuk laba perbankan per tahun depan, akan semakin menunjukkan persaingan ketat dan untuk sektor industri bank akan meningkatkan kompetisi yang tinggi dengan marjin semakin tipis, serta inflasi yang single digit membuat bank akan trus meningkatkan permodalannya," tuturnya.
Namun, Jahja mengaku secara umum bahwa kondisi pendanan perbankan masih aman, karena secara makro ekonomi perkembangan Indonesia 2012 cukup besar. "Ekspor komoditas juga masih akan besar ke China maupun India, dan konsumsi domestik di Indonesia juga terus meningkat," ujarnya.
Tetap Investasi
Sementara itu, Jahja mengatakan, kendati efisensi perbankan akan dilakukan dalam menghadapi tantangan di tahun depan, tetapi perbankan harus tetap berinvestasi.
"Perbankan harus tetap berani berinvestasi, karena perbankan masih perlu melakukan ekspansi dengan cara membuka cabang ke berbagai daerah di Indonesia, memang ini butuh waktu yang lama untuk balik modal, mungkin sekitar satu hingga dua tahun," kata dia.
Menurut Jahja, jika perbankan Indonesia tidak mau ketinggalan pangsa pasar dengan bank asing, pengembangan jaringan akan menjadi sangat penting.
"Salah satu cara untuk menghemat efisiensi bisa dilakukan dari kerja sama outsourcing SDM, dan mengkoneksikan jaringan ATM dengan Bank lain," ujarnya
Jahya menambahkan, tidak hanya di bidang efisiensi tapi bank juga harus melakukan perencanaan strategi dan perencaan modal yang matang.
"Karena di tahun depan, bank akan menghadapi penurunan suku bunga sejalan dengan pemangkasan BI rate. Kalau interest rate menurun, secara funding bank akan dilema," kata dia.
Tantangan di tahun depan adalah, bunga di bank akan lebih kecil dibandingkan dengan investasi di sektor lain, dan bisnis properti akan menawarkan bunga yang tinggi.