Biaya Logistik Indonesia Dinilai Sangat Mahal

VIVAnews - Biaya logistik indonesia masih tinggi berada pada angka 17 persen dan ingin diturunkan menjadi 10 persen dari biaya operasional perusahaan.
Direktur Utama PT Pelindo II, RJ Lino, mengatakan, untuk menurunkan angka itu dengan cara menyiapkan fasilitas agar bisa dicapai maksimal.
"Seperti kalau kita bisa memperbesar kapasitas, dalam arti produktivitas kita bereskan, jam kerja 24 jam, kapal yang bersandar awalnya empat hari menjadi dua hari," kata RJ Lino, usai Indonesia Logistics Summit 2011, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis, 10 November 2011.
Selain itu, Indonesia juga diharapkan bisa memperbesar ruang bagi kapal nasional tanpa menambah investasi. "Setelah itu biaya pengapalan pasti turun, sehingga bisa menekan biaya logistik," katanya.
Biaya logistik Indonesia, kata Lino, saat ini berada pada posisi ke 75 dari 183 negara. Peringkat ini anjlok dari 2004 yang telah berada di 43. "Artinya ada peningkatan biaya logistik."
Kemudian, pajak logistik Indonesia juga termasuk jelek, yaitu di posisi 72 dan infrastruktur di posisi 60. Untuk itu, Lino menambahkan, banyak hal yang bisa diperbaiki sambil menunggu infrastruktur dibangun. Pajak logistik ini merupakan tantangan agar bisa ditekan. "Masa kalah sama Vietnam yang nomor 55."
Pengiriman logistik di Indonesia tidak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga, Lino mengibaratkan, jika mengirim barang seperti masuk kotak hitam. "Sekarang kami sedang kerjasama dengan PT Telkom untuk mengembangkan sistem pengiriman logistik ini," kata Lino.
Jika itu terlaksana, dia memperkirakan angka peringkat itu akan naik dalam waktu dua tahun. "Karena kami pakai software kelas dunia dan dipakai di mana-dimana," kata dia.
"Jadi kalau produktivitas dibereskan, kerja 24 jam, kapasitas tambah dua kali lipat, banyak hal yang bisa diperbaiki sehingga kapasitas infrastruktur kita bertambah. Hal-hal ini yang harus dibereskan terlebih dahulu sambil infrastruktur dibangun karena infrastruktur butuh waktu lama," ujar Lino.