BI Imbau Bank Nasional Perkuat Modal

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Kamis, 24 November 2011

BI Imbau Bank Nasional Perkuat Modal

VIVAnews - Bank Indonesia mengimbau industri perbankan mulai memupuk pencadangan modal dalam mengantisipasi kemungkinan memburuknya kondisi perekonomian global akibat krisis Eropa.

"Persoalan likuiditas menjadi isu yang tidak kecil. Krisis itu pada awalnya ditandai persoalan likuiditas, sehingga perlu diwaspadai," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman D Hadad, dalam acara InfoBank Outlook 2012 di Hotel Le Meredien, Jakarta, 23 November 2011.

Muliaman mengatakan saat ini secara industri, likuiditas perbankan tidak menjadi masalah karena masih sangat likuid. Namun, justru di saat likuiditas perbankan masih sangat longgar seperti ini diharapkan perbankan mulai memupuk pencadangan sebagai antisipasi.

"Tapi tetap perlu melihat satu per satu. Di beberapa negara itu perlu ada kebijakan counter cyclical untuk menumpuk pencadangan saat situasi agak longgar, jadi saat krisis itu bisa dikeluarkan saat musim paceklik tiba. Nah ini perlu ada inisiatif dalam masing-masing bank," terangnya.

Menurut Muliaman, perhatian terhadap likuiditas dan permodalan menjadi sangat penting bagi lembaga keuangan. Pembahasan kedua hal tersebut juga sudah sangat sering dilakukan secara global, utamanya dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis.

"Perhatian terhadap likuiditas dan permodalan juga menjadi sangat penting. Ini sebagai penentu daya tahan dan kemampuan menyerap risiko," katanya, menerangkan.

Secara umum, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan nasional masih sangat aman yakni sebesar 2,3 persen. Bahkan bila perbankan membentuk pencadangan, NPL bisa berada di level 0 persen. "Saat krisis kualitas kredit menjadi tahap berikut setelah persoalan likuiditas."

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala N. Mansury, menyatakan likuiditas rupiah di tempatnya masih dalam kondisi baik. Meski diakui di sisi lain, likuiditas valas tergolong cukup ketat.

Menurut Pahala pada tahun mendatang kredit valas hanya tumbuh sekitar empat hingga sembilan persen saja. "Karena adanya likuiditas valas yang lebih ketat terutama karena kalau bank-bank asing, terutama Eropa, dia tidak akan menyalurkan likuiditasnya ke Indonesia. Itu yang menyebabkannya turun, tapi tidak akan banyak dibandingkan tahun ini," ucapnya.

Sedangkan likuiditas rupiah, tambahnya, masih dalam kondisi baik yang ditunjukan dengan LDR berada di kisaran 73 persen. "Masih terjaga karena kita punya LDR pun dari sisi rupiah masih kisaran di bawah 73 persen. Masih sangat baik lah," katanya. (eh)

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts