Mengapa BI Rate Diturunkan di Saat Krisis?

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Selasa, 11 Oktober 2011

Mengapa BI Rate Diturunkan di Saat Krisis?

VIVAnews - Bank Indonesia akhirnya menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin dari 6,75 persen menjadi 6,5 persen. Sebelumnya, BI mempertahankan BI Rate sebesar 6,75 persen selama delapan bulan sejak Februari 2011.

Hal ini menarik karena penurunan BI Rate dilakukan di tengah gejolak ekonomi global. Apa alasannya?

Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, BI menilai saat ini pertumbuhan inflasi masih aman, sehingga saat ini waktu yang tepat untuk menurunkan BI Rate. Menurut dia, terdapat jarak yang lebar antara kebijakan suku bunga dengan tingkat inflasi.

“Kami perlu mengoreksi biar dari dulu selisih antara kebijakan suku bunga dengan inflasi tidak besar," ujar Darmin di gedung BI, Jakarta, Selasa 11 Oktober 2011.

BI melihat BI Rate sebesar 6,75 persen terlalu tinggi. Sementara itu, BI menilai inflasi tahun depan akan menurun, sehingga BI Rate sepatutnya dikoreksi. Apakah hal ini tidak akan mempengaruhi pasar?

"Tentu saja secara psikologis ada pengaruhnya. Tapi, di balik pengaruh psikologis itu sangat mudah untuk dihitung. Apakah 6,5 persen itu masuk akal? menarik atau tidak? Tinggal membandingkan saja," ujar Darmin.

Menurut dia, perlambatan ekonomi dunia akan mempengaruhi negara berkembang. Negara berkembang seharusnya lebih memperhatikan kapasitas dalam negeri untuk menopang pertumbuhannya. Ketika ekonomi dunia makin melambat, maka negara-negara akan berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi dari dalam.

"Negara akan mendorong pertumbuhan di dalam, untuk mendorong konsumsi," jelasnya.

Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit akhir September mencapai 23,8 persen (year on year). Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 6,6 persen dan pertumbuhan kredit 24-25 persen masih sesuai dengan kebutuhan.

Komposisi kredit itu terdiri atas kredit investasi tumbuh 30,1 persen, kredit konsumsi naik 24,8 persen, dan kredit modal kerja terangkat 20,8 persen. "Kalau kredit investasi 30 persen, ya tinggi. Yang penting jangan kredit konsumsi yang meningkat sangat cepat," tambahnya.

Dilihat dari sektoral, pertumbuhan kredit paling tinggi adalah sektor listrik yang naik 58,5 persen. Hal itu menunjukkan pertumbuhan di kredit investasi. Kredit sektor pertambangan tumbuh 22,8 persen, dan jasa sosial naik 20,8 persen. (art)

Kerja di rumah

Popular Posts