Hatta Klaim Kentang Lokal Sudah Terserap

VIVAnews - Pemerintah, berdasarkan data Kementerian Pertanian, mengklaim produksi kentang lokal telah diserap sepenuhnya oleh industri pengolahan dalam negeri. Hal itu sejalan dengan komitmen pemerintah yang memprioritaskan penyerapan produk dalam negeri dibandingkan impor.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menanggapi aksi demontrasi petani kentang yang mengalami kerugian akibat maraknya impor kentang dari luar negeri.
"Saya katakan bahwa selama ini dalam pembahasan tidak ada tanda-tanda bahwa di petani itu --hasil produksi-- tidak terbeli," ujar Hatta usai acara Investment Award 2011 di kantor BKPM, Jakarta, Rabu 12 Oktober 2011.
Meski komoditas kentang tidak diatur mekanisme perdagangannya baik ekspor maupun impor, pemerintah menyatakan tidak sepantasnya petani lokal dikorbankan oleh ketentuan.
"Saya minta agar industri atau hasil kentang seluruh petani kita harus terserap di dalam negeri," tuturnya.
Hatta berjanji, permasalahan kentang ini akan segera dibahas dalam rapat koordinasi pemerintah, setelah data penunjang terkumpul. "Nanti kami bahas ya. Semua itu kami selesaikan, baik garam, rotan, kentang, semua bisa kami selesaikan. Wong negeri kita kok, kita yang ngatur," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Departemen Kajian Strategi Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI), Ahmad Yakub, mengatakan petani di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara-Wonosobo, Jawa Tengah, pada akhir Agustus lalu terjadi panen kentang.
Seharusnya, harga kentang Rp5.500 per kilogram, tapi akibat serbuan impor kentang dari China harganya hanya Rp2.300-2.500 per kilogram.
Padahal, lanjut Ahmad, untuk menanam kentang sebanyak satu hektare, petani harus mengeluarkan biaya produksi Rp54 juta. Biaya itu di antaranya untuk menyewa lahan sekitar Rp45 juta, pengadaan benih 1,5 ton dengan harga Rp12.000 per kilogram, serta biaya lainnya. (art)