Anggito: Jaga Rupiah, BI Harus Lebih Agresif
|
18.04 |
VIVAnews - Dalam sebulan, cadangan devisa Indonesia turun US$10,13 miliar dari US$124,63 miliar per Agustus 2011 turun menjadi US$114,5 miliar per September 2011. Turunnya cadangan devisa itu dianggap masih dalam tahap wajar.
Menurut mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKP) Anggito Abimanyu, cadangan devisa sebesar US$114,502 miliar masih aman untuk beberapa waktu ke depan. Masyarakat tak perlu khawatir dengan turunnya cadangan devisa tersebut.
“Saya rasa masih aman lah. Kan ukurannya rasio ekspor dan impor masih terjaga dengan baik, rasio utang kita juga masih baik. Jadi, langkah BI untuk intervensi sudah tepat,” kata Anggito saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Minggu malam 9 Oktober 2011.
Menurut dia, langkah BI sudah cukup tepat karena cadangan devisa untuk menahan nilai tukar rupiah di saat krisis global. Bahkan, Anggito berpendapat, seharusnya BI lebih agresif agar rupiah tidak terlalu bergejolak seperti beberapa pekan lalu.
“Sikap BI bagus lah, daripada cadangan devisa disimpan, ya lebih baik digunakan. Tapi, harusnya BI lebih agresif lagi, jangan sampai nilai rupiah terlalu bergejolak seperti kemarin,” tambahnya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono mengatakan cadangan devisa memang digunakan untuk menjaga volatilitas nilai tukar yang berlebihan dan berlangsung cepat.
"Untuk tujuan itu cadangan devisa dipupuk agar dapat digunakan bila situasi memburuk akibat kepanikan," kata Hartadi.
Apalagi ke depan, lanjut Hartadi, masalah krisis global sepertinya segera diselesaikan, sehingga sentimen negatif dapat berakhir. "Ke depan, saya berharap ada solusi konkret menyelesaikan masalah di Uni Eropa, sehingga sentimen negatif cepat berlalu. Begitu pulih, saya percaya investor akan kembali lagi karena prospek ekonomi kita baik," ujarnya. (art)
