Harga Pangan Dunia Bakal Cetak Rekor Baru

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Selasa, 16 Agustus 2011

Harga Pangan Dunia Bakal Cetak Rekor Baru

VIVAnews - Bank Dunia memperkirakan komoditas pangan dunia bakal melonjak dan menciptakan rekor baru dibandingkan kondisi tahun 2008 dimana ekonomi dunia dilanda krisis keuangan. Kenaikan harga ini pula dianggap sebagai salah satu pemicu munculnya kelaparan di beberapa negara Afrika.

"Tak ada tragedi yang lebih mengerikan daripada harga pangan tinggi, instabilitas yang bersama-sama menghasilkan kelaparan tragis seperti dialami Afrika," kata Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick  dalam siaran pers yang diterima VIVAnews.com, Senin, 15 Agustus 2011.

Hasil laporan The Food Price Watch menunjukan, harga pangan dunia pada Juli 2011 menunjukan kecenderungan meningkat dibandingkan tahun lalu. Secara umum, harga pangan dunia telah naik 33 persen dibandingkan tahun lalu dengan kenaikan terbesar pada komoditas jagung sebesar 84 persen, gula (62 persen), gandum (55 persen), kedelai (47 persen).

Minyak mentah yang mengalami kenaikan 45 persen lebih tinggi dibandingkan posisi Juli 2011, menyebabkan ongkos produksi pupuk melonjak 67 persen.

Sejumlah harga komoditas seperti lemak dan minyak serta komoditas lain seperti daging, buah-buahan, gula juga mengalami kenaikan rata-rata 5 persen selama periode April hingga Juli 2011.

"Harga pangan yang terus naik serta stok yang rendah mengindikasikan bahwa dunia masih dalam zona berbahaya, dengan rentannya masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut," kata Zoellick seraya mengatakan bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan di tengah ketidakpastian dan volatilitas yang melanda dunia.

Laporan Bank Dunia juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan bagi semua negara di tengah stok pangan dunia yang masih rendah serta volatilitas pada harga gula, beras, dan produk minyak. Hal itu dikhawatirkan berdampak pada harga pangan dunia beberapa bulan mendatang. Ketidakpastian ini ditambah dengan kondisi politik di Timur Tengah dan Afrika Utara yang akan menyebabkan harga minyak berfluktuasi.

Seperti diketahui, lebih dari tiga bulan sebanyak 29 ribu anak-anak dibawah 5 tahun telah meninggal dunia di Somalia. Selain itu, 600 ribu orang di wilayah tersebut terancam mengalami nasib yang sama ditengah 12 juta warga yang tinggal di lingkungan tersebut.

Di luar 3,2 juta warga yang terancam krisis kelaparan di Somalia, sebanyak 3,2 juta orang kini sangat membutuhkan bantuan dan 2,8 juta orang diantaranya berada di wilayah utara. Petani yang tak memiliki cadangan dan dana untuk membeli pangan adalah salah satu yang paling terkena pengaruh. (umi)

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts