Proyek Hambalang Dukung Mimpi Indonesia Emas
VIVAnews- Proyek Hambalang tiba-tiba mencuat ketika mantan Bendahara Umum Demokrat Nazaruddin menyebutkan proyek itu melibatkan Anas Urbaningrum. Nazarudin menuduh Anas mendapatkan dana Rp100 miliar yang dibagi-bagikan kepada anggota DPR dan untuk pemenangan Anas dalam Kongres Partai Demokrat.
Proyek itu terletak beberapa kilometer dari Sentul ke arah Babakan Madang. Atau tepatnya di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proyek itu membangun Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di Hambalang-Sentul.
Berdasarkan siaran pers Kementerian Pemuda dan Olahraga pada 4 Februari 2010, proyek di atas lahan 32 hektar di Bukit Hambalang itu akan dibangun berbagai fasilitas pendidikan dan pelatihan olah raga nasional bertaraf internasional. Pusat pelatihan itu diharapkan dapat menampung 600 pelajar SMP dan SMA untuk dibina agar dapat menjadi atlet-atlet andalan nasional.
Pusat latihan itu juga akan menggantikan Sekolah Atlet Ragunan yang saat ini sudah menjadi milik pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Siswa-siswa SMA Ragunan yang masuk dalam Program Kemenpora akan dipindahkan ke Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Bukit Hambalang, Sentul.
Pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Bukit Hambalang sempat tertunda pembangunannya selama tiga tahun akibat masalah kepemilikan tanah. Atlet-atlet dari 20 cabang olahraga akan dibina di pusat pelatihan tersebut. Pusat pelatihan tersebut juga akan menjadi bagian dari pelaksanaan Program Indonesia Emas
Sebelum pelaksaan proyek itu, Sekretaris Menpora, Wafid Muharam, yang saat ini telah menjadi tersangka, sudah melakukan audiensi dengan Bupati Bogor Rachmat Yasin terkait pembangunan proyek itu. Bupati Bogor mendukung rencana itu karena berdampak positif bagi perekonomian Kabupaten Bogor.
Untuk membangun proyek itu, Kemenpora menggelar tender. Menurut Sekretaris Perusahan PT Adhi Karya Kurnadi Gularso proses tender dilakukan pertengahan 2010, yang diikuti 5-6 peserta. PT Adhi Karya yang juga bekerja sama dengan PT Wijaya Karya Tbk itu diumumkan sebagai pemenang pada 26 November 2010. Sementara tanda tangan kontrak dilakukan pada 10 Desember 2010.
Adhi Karya mengerjakan proyek sebanyak 70 persen dan Wijaya Karya 30 persen. Sementara itu, nilai kontrak sebesar Rp1,077 triliun. Adhi Karya mengerjakan pekerjaan struktur, arsitektur hingga infrastruktur. Pengerjaan kontrak itu membutuhkan waktu 750 hari atau 25 bulan. Proyek itu ditargetkan selesai dibangun pada Desember 2012. "Sekarang kan baru 6 bulan. Dari proyek tersebut, Adhi Karya telah memperoleh laba berjalan per Juni 2011 sebesar Rp7,23 miliar.
Sebagai tambahan informasi, Selama semester I-2011, Adhi membukukan pendapatan usaha Rp1,8 triliun. Pendapatan usaha tersebut relatif sama dengan perolehan tahun sebelumnya. Laba usaha meningkat 35,5 persen menjadi Rp102,6 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp75,2 miliar. Sementara itu, laba bersih tercatat Rp21,6 miliar. Sedangkan total perolehan kontrak baru selama semester I/2011 sebesar Rp4,1 triliun, dengan target kontrak baru selama 2011 sebesar Rp12,5 triliun.
Kurnadi menambahkan, meski muncul kasus itu, proyek Hambalang tidak lantas dihentikan. Proyek tersebut tetap dikerjakan sesuai dengan perjanjian. "Jika tidak, kami nanti disebut wanprestasi," tuturnya.
Kurnadi juga membantah tender itu ada hubungannya dengan Anas. Pasalnya proyek itu dikerjakan melalui tender, bukan penunjukan langsung dari pemerintah. "Yang menunjuk pemenang tender kan pemerintah. Itu proyek dengan proses tender, bukan penunjukan langsung," tegasnya.
Untuk melihat foto proyek Hambalang, klik tautan ini.